Kenaparoh harus disucikan dan di Islamkan juga? Karena ialah yang akan menyeberang ke kubur kelak, dan munajat ke hadirat Allah swt. Firman Allah Al Hakikat Awal Nur Muhammad. Pamahaman tentang hakikat Nur Muhammad pada umumnya dimulai dari kajian asal yaitu ketika, seluruh alam belum ada dan belum satu pun makhluk diciptakan Allah swt. Pada saat itu yang ada hanya zat Tuhan semata-mata, satu-satunya zat yang ada dengan sifat Ujud-Nya. Banyak dari kalangan sufi memahami bahwa pada saat itu zat yang ujud yang bersifat qidam tersebut belumlah menjadi Tuhan karena belum bernama Allah, Untuk bisa dikatakan sebagai tuhan, sesuatu itu harus dan wajib ada yang menyembahnya. Apabila tidak ada yang menyembah maka tidak bisa sesuatu itu dikatakan sebagi tuhan. Logikanya demikian Karena zat yang ujud-Nya besifat qidam tersebut pada saat itu hanya berupa zat, maka pada saat itu Dia belum menjadi Tuhan dan Dia belum bernama Allah, karena kata Allah sendiri dipakai dan diperkenalkan oleh Tuhan sendiri setelah ada makhluk yang akan menyembahnya serta hakikat makna dari kata Allah itu sendiri berarti yang disembah oleh sesuatu yang lebih rendah dari padanya. pada tahap ini mungkin bisa difahami demikian Setelah itu, barulah diciptakam Muhammad dalam ujud nur atau cahaya yang diciptakan atau berasal dari Nur atau Cahaya Zat yang menciptakannya sebagai perbandingan kaliamat Adam Diciptakan dariTanah . Yaitu Nur yang cahanya terang benderang lagi menerangi. kemudian nur tersebut difahami sebagai Nur Muhammad . Nur itulah yang kemudian mensifati atau memberi sifat akan Zat yaitu sifat Ujud yang berati ada dan mustahil bersifat tidak ada karena sudah ada yang mengatakan “ ada “ atau meng-“ada”-kan yaitu Nur Muhammad. Jabir ibn `Abd Allah berkata kepada Rasullullah “Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibubapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahayaNya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam KekuasaanNya selama KehendakNya, dan tiada apa, pada masa itu Hr al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih Ali ibn al-Husayn daripada bapanya daripada kakaeknya berkata bahwa Rasullullah berkata “Aku adalah cahaya dihadapan Tuhanku selama empat belas ribu tahun sebelum Dia menjadikan Adam HR Imam Ahmad, Dhahabi dan al-Tabari Setelah Nur Muhamamad diciptakan dari Nur atau Cahaya Zat-Nya, maka selanjutnya Nur Muhammad itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan keberadaannya dengan Zat, karena dengan Nur Muhammad itulah, Zat melahirkan semua sifat yang disifati-Nya “ Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[ * ], yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya [ ** ], yang minyaknya saja Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya berlapis-lapis, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. “ QS 024. An Nuur ayat 35 [*] Yang dimaksud lubang yang tidak tembus misykat ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [**] Maksudnya pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Ibn Jubayr dan Ka`b al-Ahbar berkata “Apa yang dimaksudkan bagi cahaya yang kedua itu ialah Rasullullah kerana baginda adalah PesuruhNya dan Penyampai dari Allah terhadap apa yang menerangi dan terdzahir.” Ka`b berkata ” Minyaknya bersinar akan berkilauan kerana Rasullullah bersinar akan diketahui kepada orang ramai walaupun jika baginda tidak mengakui bahawa baginda adalah seorang nabi, sama seperti minyak itu bersinar berkilauan walaupun tanpa dinyalakan. Dari dalil-dalil yang disampaikan diatas dapatlah difahami bahwa hubungan antara Nur Muhammad dengan Zat Tuhan adalah hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu, dimana Allah berdiri disana nur muhammad berada, Ketika Allah disebut, maka disana Muhammad ikut menyertainya seperti pada pada kalimat tauhid “ La Ila Ha Illaallah, Muhammad rasululullah “ Ketika Allah disebut, maka mutlak disana Muhammad ikut atau berada. Ibarat api dengan panasnya. Dimana api berada, maka disana pula panasnya berada. Dimana Zat berada disana pula Nur Muhammad berada. Bukanlah dikatakan api kalau tidak terasa panas. Ketika api disentuh, maka sesunggunya yang tersentuh hanyalah panasnya saja dan ketika terasa panasnya api pada hakikatnya yang dirasakan adalah api itu sendiri. Sehingga untuk memudahkan pemahaman, kalau diibaratkan “ api “ adalah zat dan “ panas “ adalah Nur Muhammad yang menjadi sifat yang tidak terpisahkan dari pada api. Sebagai contoh lain dapat difahami melalui konsep laut dan gelombang. Tidaklah dikatakan sesuatu itu laut kalau dia tidak bergembang ombak . Karena gelombang itu adalah sifat dari pada laut. Dimana ada laut, maka disana pula ada gelombangnya. Tidak bergoncang atau bergerak gelombang itu apabila laut tidak bergoncang. Karena gelombang itu adalah laut yang bergocang. Ketika kita memandang laut yang terlihat adalah gelombangnya. Dan ketika mata memandang gelombang, pada hakikatnya yang dipandang adalah laut. pemahaman ini mungkin sebaiknya disimpan dulu untuk memudahkan pemahaman pada kajian selanjutnya Coba pelajari dan fahami hadist berikut dalam acuan pemahaman diatas “ Aku telah dimasukkan ke dalam tanah pada Adam dan adalah yang dijanjikan kepada ayahanda ku Ibrahim dan khabaran gembira kepada Isa ibn Maryam “ HR Ahmad, Bayhaqi “ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya Adam. Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. HR Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani Mungkin postingan ini terlalu singkat sehingga tidak mudah untuk difahami. Tapi cukup untuk sekedar bahan yang berguna untuk menyegarkan kembali pemahaman yang sudah ada dan sebagai pelengkap wawasan dalam diskusi di majelis taklim masing-masing. 10 Februari 2010 - Posted by Kajian Tauhid Tauhid Belum ada komentar. AsySyaafii, Zat Yang Maha Menyembuhkan. Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii (الشَّافِي ). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau mengatakan : "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan بسم الله الرحمن الرحيمنحمده ونصلى على رسوله الكريمNur Muhammad Menurut Al-qur’an & Hadits Kitab “al-Wafaa bi ahwaalil Musthofa Ibnu Qudamah al-Maqdisy 509 HImam Abdur Rahman bin Ali yang terkenal dengan nama Imam Ibnul Jawzi ulama besar bermazhab Hanbali yang dilahirkan pada tahun 509/510H di Baghdad. Beliau adalah pengarang dan daie yang terkenal yang banyak menyedarkan umat serta ramai yang memeluk Islam di tangannya. Beliau adalah guru kepada Ibnu Qudamah al-Maqdisy yang masyhur dalam karya beliau yang berjodol “al-Wafaa bi ahwaalil Musthofa akan kisah penciptaan Junjungan Nabi yakni penciptaan benih asal jasad baginda Kisahnya adalah sebagai berikut-عن كعب الأحبار قال لما أراد الله تعالى أن يخلق محمداً صلى الله عليه وسلم أمر جبريل عليه السلام أن يأتيه فأتاه بالقبضة البيضاء التي هي موضع قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم، فعجنت بماء التَّسْنيم، ثم غمست في أنهار الجنة، وطيف بها في السموات والأرض، فعرفت الملائكة محمداً وفَضْله قبل أن تعرف آدم، ثم كان نور محمد صلى الله عليه وسلم يُرى في غُرَّة جبهة آدم. وقيل له يا آدم هذا سيد ولدك من الأنبياء حملت حواء بشيت انتقل عن آدم إلى حواء، وكانت تلد في كل بطن ولدين إلا شيتاً، فإنها ولدته وحده، كرامة لمحمد صلى الله عليه وسلم. ثم لم يزل ينتقل من طاهر إلى طاهر إلى أن ولد صلى الله عليه Ka’ab al-Ahbar ” Tatkala Allah ta’ala berkehendak untuk menciptakan Nabi Muhammad Dia memerintahkan Jibril untuk membawakan segenggam tanah putih yang merupakan tanah tempat Junjungan Nabi dimakamkan nanti. Maka diulilah tanah tersebut dengan air Tasniim air syurga lalu dicelupkan ke dalam sungai-sungai syurga. Setelah itu, dibawakan dia berkeliling ke serata langit dan bumi. Para malaikat pun mengenali Junjungan Nabi dan keutamaan baginda sebelum mereka mengenali Nabi Adam Ketika nur Junjungan Nabi kelihatan di kening dahi Nabi Adam dikatakan kepadanya “Wahai Adam, inilah sayyid penghulu keturunanmu daripada para anbiya’ dan Siti Hawa mengandungkan Nabi Syits berpindahlah Nur Muhammad tersebut kepada Siti Hawa. Siti Hawa yang biasanya melahirkan anak kembar setiap kali hamil, tetapi pada hamilnya ini dia hanya melahirkan seorang anak sahaja iaitu Nabi Syits kerana kemuliaan Junjungan Nabi Maka sentiasalah berpindah-pindah Nur Muhammad daripada seorang yang suci kepada orang suci yang lain sehinggalah baginda Muhammad Mutawalli asy-Sya’raawi dalam “Anta tas-al wal Islam yajib”Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’raawi dalam “Anta tas-al wal Islam yajib” , cetakan Darul Muslim, Qahirah, tahun 1982 / 1402, juzuk 1, mukasurat 41 telah ditanya berhubung an-Nur al-Muhammadiy dan permulaan penciptaan. Soalannya lebih kurang-Telah warid dalam hadis “Bahawa Jabir bin Abdullah telah bertanya kepada Junjungan Rasulullah “Apa yang awal-awal diciptakan Allah ?”, lalu Junjungan bersabda”Nur nabimu, wahai Jabir.” Bagaimana disesuaikan/diselarikan hadis ini dengan bahawa seawal makhluk itu Adam dan dia daripada tanah ?Antara jawapan Syaikh Mutawalli-Daripada kesempurnaan yang mutlak dan dari segi tabi`ienya, bahawa Allah memulakan penciptaan dengan menciptakan makhluk yang tinggi, kemudian diambil daripadanya akan yang rendah. Tidaklah masuk akal, bahawa diciptakan bahan baku materi / material / unsur tanah al-maadah ath-thiniyyah dahulu kemudian baru Dia mencipta daripadanya Muhammad, kerana sesungguhnya insan yang paling tinggi adalah para rasul, dan yang tertinggi daripada mereka adalah Muhammad bin itu, tidak sah dikatakan bahawa diciptakan unsur materi kemudian diciptakan daripadanya Muhammad. Tak dapat tiada bahawa jadilah an-Nur al-Muhammadiy itulah yang wujud dahulu, dan daripada an-Nur al-Muhammadiy timbulnya segala sesuatu, dan jadilah hadis Jabir itu benar……Jelas daripada jawapan tersebut Syaikh Mutawalli asy-Sya’raawi termasuk ulama yang menerima kebenaran hadis Jabir Sebenarnya sandaran untuk konsep Nur Muhammad ini bukanlah hanya pada hadis Jabir ini sahaja, tetapi ada lagi hadis-hadis yang dijadikan sandaran. Silalah tuan-tuan rujuk segala kitab karangan ulama kita. Bahkan, jika ada pun yang menolak tsabitnya hadis Jabir, maka tidak bermakna mereka juga menolak konsep Nur Muhammad. Oleh itu selayaknya kita menghormati perbezaan pendapat dengan lapang dada tanpa saling tuduh – menuduh, kerana jari yang kau tuding itu mungkin mencucuk mata para ulama yang kita disuruh memuliakan Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki rhm. Dalam kitab “al-Fatawa al-Haditsiyyah” mukasurat 206 Ikhwah, aku nukilkan dari karangan-karangan al-Imam al-Faqih, Syaikhul Islam, pemuka ulama Syafi`i mutakhir, Mufti Makkah, sandaran umat, Shohibut Tohfah, Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami al-Makki rhm. Dalam kitab “al-Fatawa al-Haditsiyyah” mukasurat 206 dinyatakan-Dan telah ditanyai akan orang yang mudah-mudahan Allah memanfaatkan dengannya yakni Syaikh Ibnu Hajar rhm. mengenai hadis “Seawal-awal yang diciptakan Allah adalah ruhku dan alam keseluruhannya dicipta daripada nurku, setiap sesuatu kembali kepada asalnya”, siapakah perawinya ?Maka dijawab dengan perkataannya- “Aku tidak mengetahui sesiapa yang meriwayatkannya sedemikian. Dan bahawasanya yang diriwayatkan dia Abdur Razzaq adalah bahawasanya Junjungan bersabda bahawa Allah telah mencipta nur Muhammad sebelum segala sesuatu daripada nurNya.”Imam besar ini juga dalam syarahnya bagi kitab Syama-il menyatakan antara lain-….Dan diriwayatkan Abdur Razzaq dengan sanadnya bahawa Junjungan Nabi bersabda ” Sesungguhnya Allah telah mencipta Nur Muhammad sebelum segala sesuatu daripada nurNya yakni nur yang dimiliki Allah lalu dijadikan nur tersebut berputar dengan qudrahNya mengikut kehendak Allah dan belumlah ada pada waktu tersebut loh dan tidak ada qalam”, al-hadis dengan panjangnya yakni hadis ini ada lagi sambungannya yang panjang………….Maka diketahui bahawasanya seawal-awal sesuatu yang dijadikan secara ithlaq ialah an-Nur al-Muhammadiy, kemudian air, kemudian arsy, kemudian qalam……….Juga dalam mukhtasar beliau bagi kitab mawlidnya an-Ni’matul Kubra alal alam bi mawlidi Sayyidi Waladi Adam”, beliau menyatakan-Ketahuilah bahawa Allah ta`ala telah memuliakan nabiNya dengan terdahulu/terawal nubuwwah baginda pada azali lagi. Dan yang sedemikian itu adalah kerana apabila Allah ta`ala berkehendak untuk mewujudkan makhluk, diwujudkanNya yakni diciptakanNya al-Haqiqatul Muhammadiyyah dari semata-mata nur sebelum wujud apa-apa ciptaan dari segala makhluk, kemudian diambil daripadanya sekalian alam….Nur Muhammad – 18Ikhwah, meh kita tengok karangan Tuan Guru Haji Wan Mohd. Shaghir berhubung Nur Muhammad. Aku rekomenkan kat ikhwah agar cari buku “Penutup Perdebatan Islam Alaf Kedua di Dunia Melayu” dan telaahlah dengan teliti. Tuan Guru bukan sahaja cerita pasal Nur Muhammad tetapi juga tentang Martabat Tujuh yang telah ditafsirkan secara songsang oleh geng sebelah. Aku kata jika Nur Muhammad dan Martabat Tujuh seperti apa yang ditafsirkan oleh Dr. Fattah dan geng-gengnya, maka itu memang songsang dan sesat, cuma masalahnya adakah tafsiran dan pemahaman Tuan Dr. tersebut menjadi pegangan para ulama kita ? Atau mereka mempunyai tafsiran yang jauh berbeza dari tafsiran geng-geng tersebut ? Kome kaji le bebetul ye. Seingat akulah, Tuan Guru Haji Daud Bukit Abal pun ada risalah yang membahaskan pegangan atau tafsiran Nur Muhammad yang songsang yang difahami oleh segelintir golongan sesat. Tetapi ini tidak bererti Allahyarham Tuan Guru tersebut menolak konsep Nur Muhammad menurut tafsiran para ulama yang terkemuka. Contohnya mudah sahaja, jika kita tolak tafsiran atau pemahaman rigid puak Wahhabi terhadap Islam atau pemahaman puak Syiah mengenai Islam, bukan ertinya kita menolak Islam, kerana Islam itu bukan semata-mata apa yang ditafsirkan oleh geng anak Pak Wahhab tersebut atau geng Nur Muhammad, Tuan Guru Haji Wan Shaghir membahas dengan panjang lebar, kome carilah bukunya. Antara tulisannya pada halaman 45 – 46 -….Beberapa orang ulama dunia Islam yang terkenal di antara mereka ada mencatat sanad yang di dalamnya terdapat nama Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani. Sanad yang tersebut sampai kepada Abdur Razzaq. Ada sanad am mengenai beberapa bidang keilmuan, dan ada pula sanad khash tentang hadis, termasuk hadis Nur Muhammad. Di antara mereka yang mempunyai sanad kepada Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani wafat 852H/1448M ialah Syeikh Hasan al-Masyath, Saiyid Ali al-Maliki, Syeikh Muhammad Mahfuzh bin Abdullah at-Tarmasi 1285H/1868M – 1385H/1965M, Syeikh Muhammad Mukhtar bin Atharid Bogor 1278H/1861M – 1374H/1954M, Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani 1272H/1856M – 1325H/1908M, Saiyid Bakri bin Muhammad Zainal Abidin Syatha, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan…..dan lain-lain. Setelah melalui beberapa nama bertemu pada Syeikh Abdullah asy-Syarqawi 1150H/1737M – 1227H/1821M, ia terima dari Syeikh Muhammad bin Salim al-Hifnawi/Hifni Syaikhul Azhar 1173H/1715M – 1181H/1767M, ia terima dari Abdul Aziz az-Ziyadi, ia terima dari Syeikh Muhammad al-Babili, ia terima dari Syeikh Najamuddin Muhammad al-’Aithi, ia terima dari Qadhi Zakaria al-Anshari, ia terima dari Syeikh Ibnu Hajar al-’Asqalani 773H/1371M – 852H/1448M, ia terima dari Syeikh Abil Faraj Abdur Rahman al-Ghazzi, ia terima dari Abin Nun Yunus bin Ibrahim ad-Dabbus, ia terima dari Abi Hasan Ali, ia terima dari Muhammad bin Nashir as-Salami, ia terima dari Abdul Wahhab bin Muhammad bin Mandah, ia terima dari Abil Fadhal Muhammad al-Kaukabi, ia terima dari Abil Qasim ath-Thabrani, ia terima dari Ya’qub Ishaq bin Ibrahim al-Mirwazi al-Hanzhali, ia terima dari Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi dengan sanad sehingga sampai kepada Jabir bin menjawab tuduhan puak-puak menentang kewujudan Nur Muhammad, Tuan Guru turut menyenaraikan beberapa nama ulama terkemuka yang membicarakan Nur Muhammad dalam karangan-karangan mereka, antaranya-Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Sulthanul Awliya`;Syeikh Abdullah Arif;Imam as-Sayuthi;Imam al-Qasthalani;Imam al-Zarqani;Sayyidisy Syaikh Ja’far al-Barzanji;Syaikh Yusuf an-Nabhani;Syaikh Nawawi al-Bantani;Syaikh Nuruddin ar-Raniri;Syaikh Abdur Rauf al-Fansuri / Singkel;Syaikh Abdus Shomad al-Falimbani;Syaikh Muhammad Nafis al-Banjari;Syaikh Daud al-Fathani;Tuan Guru Haji Ahmad bin Haji Yusuf bin Abdul Halim Kelantan;Allamah Abu Abdullah asy-Syaikh Muhammad bin Ahmad Ilisy;Allamah Syaikh Muhammad Bashri al-Manzalawi;Sayyid Utsman bin Abdullah BinYahya;Syaikh Muhammad bin Ismail Daudi al-Fathani;Syaikh Zainal Abidin al-Fathani, Tuan Minal;Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani;Syaikh Utsman bin Syihabuddin al-Funtiani;Syaikh Abdul Hamid bin Ali Kudus;Bagi menutup tulisannya, Tuan Guru menyebut-Perlulah diperhatikan bahawa dari keterangan di atas terdapat tiga buah hadis dari tiga orang sahabat Nabi Muhammad Mereka ialah Sayyidina Ali bin Abi Thalib wafat 40H/661M, Abdullah bin Abbas wafat 68H/687M dan Jabir bin Abdullah wafat 78H/697M. Ada lagi beberapa hadis mengenai Nur Muhammad atau yang sama maksud dengannya, yang berasal dari sahabat yang lain, di antaranya, yang berasal dari Salman al-Farsi Abu Zar al-Ghifari dll, termasuk juga Abu Hurairah itu teori para pengkritik hadis Nur Muhammad atau hadis yang sama maksud dengannya, dengan tuduhan melulu dan berbagai-bagai adalah teori yang bersifat antara mereka ada yang mengkhayal bahawa hadis Nur Muhammad adalah doktrin Syi`ah, golongan ini mungkin lebih banyak mempelajari Mazhab Syi`ah atau hidup dilingkungan mazhab itu ketimbang belajar secara mendalam Islam cara tradisional. Yang lain mengkhayal pula, bahawa hadis Nur Muhammad adalah doktrin berasal ajaran Greek ajaran Platonisme, sama dengan yang di atas golongan ini mungkin lebih banyak mempelajari ajaran Greek-Platonisme atau hidup dilingkungan itu ketimbang belajar secara mendalam Islam cara lain mengkhayal pula hadis Nur Muhammad adalah doktrin berasal dari ajaran trinitas dalam lain pula mengkhayal berasal dari ajaran al-Hallaj, yang lain pula mengkhayal berasal dari Abi Yazid al-Bisthami, antara mereka ada menganggap bahawa hadis Nur Muhammad atau hadis yang sama maksud dengannya, adalah hadis maudhu`hadis palsu. Penilaian mereka juga tidak sepakat atau tidak sependapat kerana selain yang berpendapat hadis maudhu`, dari golongan mereka pula ada yang berpendapat hadis dhaif, dan lain-lain. Sudah maklum bahawa pengertian atau takrif hadis maudhu` dengan hadis dhaif adalah tidak sama. Sesuatu penilaian yang bersifat teori maka bukanlah merupakan hujah atau hukum qath`ie, apatah lagi jika masih terdapat pertentangan atau kontroversi antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh itu sekian banyak kitab yang dikarang oleh sekian ramai ulama Ahlis Sunnah wal Jama`ah yang membicarakan hadis Nur Muhammad atau hadis yang sama maksud dengannya, perlu mendapat sholli wa sallim ala Nuril Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi rhm. dalam mawlidnya “Simthud Durar”Quthubul Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi rhm. dalam mawlidnya “Simthud Durar” menulis antara lain-……Telah sampai kepada kami dalam hadits-hadits yang masyhur, bahawa sesuatu yang mula pertama dicipta Allah ialah nur yang tersimpan dalam pribadi ini yakni Junjungan Nabi Maka nur insan tercinta inilah makhluk pertama muncul di alam semesta, daripadanya bercabang seluruh wujud ini, ciptaan demi ciptaan, yang baru datangnya ataupun yang sebelumnya yang yang terlebih dahulu datangnya dari yang kemudian.Sebagaimana diriwayatkan Abdur Razzaaq dengan sanadnya sampai kepada Jaabir bin Abdullah al-Anshaari semoga ridha Allah atas keduanya “Bahawasanya ia pernah bertanya “Demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah, Beritahukanlah kepadaku tentang suatu yang dicipta Allah sebelum segalanya yang lain yakni sebelum segala makhluk yang lain. Jawab baginda “Wahai Jabir, sesungguhnya Allah telah menciptakan nur nabimu Muhammad dari nurNya sebelum sesuatu yang lain.”Ikhwah, jika dikatakan bahawa Allah menciptakan nur Muhammad ini daripada nurNya, maka yang dimaksudkan di sini adalah nur yang menjadi milik Allah, bukannya sebahagian daripada zat Allah yang Maha Suci dan Maha Esa daripada berjuzuk-juzuk dan berpisah-pisah. Inilah yang dikatakan idhafah tasyrifiyyah iaitu suatu sandaran untuk memuliakan sesuatu. Sama seperti kita sandarkan bait rumah kepada Allah seperti BaitUllah rumah Allah atau ka’baatUllah ka’bah Allah dan sebagainya. Sebahagian golongan tersesat kerana beranggapan bahawa nur Muhammad ini asalnya adalah sebahagian dari zat Allah kerana beranggapan bahawa nur itu adalah sebahagian daripada zat Allah. Ini menjadikan pegangan mereka seumpama pegangan nasrani terhadap ketuhanan Nabi Isa Jelas ini bukanlah pegangan kita Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Kita berpegang bahawa Nur Muhammad ini adalah makhluk yang diciptakan Allah dan tidak lebih daripada itu walau betapa hebat dan agungnya ciptaan yang jelas, para ulama daripada kalangan habaib Bani Alawi pada umumnya menerima dan berpegang dengan hadits tersebut sebagaimana termaktub dalam karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi yang termasyhur “Simthud Durar” yang menyatakan sebagai berikut- ”Sabilul Iddikar wal I’tibaar” karangan Imam al-Haddad Posting kali ini aku hendak memperkenalkan ikhwah kepada karangan Imam al-Haddad yang masyhur dengan jodol “Sabilul Iddikar wal I’tibaar“. Satu karangan yang cukup bernilai. Karangan yang membicarakan dan memperjelaskan mengenai fasa-fasa kehidupan yang telah dan akan dilalui oleh seseorang insan bermula di alam arwah sejak dari penciptaan Nabi Adam sehinggalah ke kehidupan yang kekal abadi di Syurga atau di neraka moga-moga Allah jadikan kita sekalian dan ibubapa kita dari kalangan ahli syurga dan bukannya ahli neraka, aaaamiiin. Kitab ini telah diterjemahkan dalam Bahasa Melayu oleh almarhum Habib Ahmad BinSemait rhm. dengan jodol “Peringatan Tentang Umur Insan” dalam edisi Rumi dan Jawi. Juga diterjemahkan dalam Bahasa Inggeris oleh Dr. Mostafa al-Badawi murid Habib Ahmad Masyhur al-Haddad rhm. dengan jodol “The Lives of Man“.Di sini aku nak nukilkan sedikit tulisan Imam ini berhubung Nur Muhammad di mana dinyatakan pada halaman 16-Dan telah diriwayat bahawasanya Nabi Adam pernah mendengar Nur Junjungan Rasulullah bertasbih di tulang belakangnya di sulbinya yakni pada ketika itu Nur Muhammad atau roh Junjungan Nabi berada dalam sulbi Nabi Adam seperti bunyi kibasan burung. Maka tatkala Siti Hawa mengandungkan puteranya Nabi Syits alaihimas salam, nur itu berpindah kepada Siti Hawa, kemudian kepada Nabi Syits pula. Kemudian berterusan nur tersebut berpindah-pindah kepada sulbi-sulbi yang suci dan rahim-rahim yang cemerlang, sehingga lahir Junjungan Rasulullah daripada pernikahan kedua ibubapa baginda yang mulia. Tidaklah pernah terkena Junjungan Rasulullah akan sesuatu kekotoran jahiliyyah dan kekejiannya, walaupun ketika itu berlaku pada kalangan mereka yakni kalangan umat-umat terdahulu pernikahan-pernikahan yang dianggap batil, maka Allah telah mensucikan baginda daripadanya, sebagaimana disabdakan baginda alaihis sholatu was salam “Aku dilahirkan daripada nikah dan bukan daripada perzinaan.”Sayyidina Ibnu Abbas r.’anhuma dalam mentafsirkan firman Allah ta`alaالَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَmenyatakan bahawa maksud ayat tersebut ialah berpindah-pindahnya nur/ruh Junjungan Nabi alaihis sholatu was salam daripada sulbi seorang nabi kepada nabi yang lain seperti Nabi Ismail, Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Syits dan Nabi Adam alaihimus salam. Dalam hal ini yakni dalam hal berpindah-pindahnya nur/roh Junjungan Nabi daripada sulbi seorang nabi kepada sulbi nabi yang lain tidaklah ada khilaf Jawi yang popular sebagai rujukan ialah kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” Dalam kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” berdasarkan karangan asalnya “Daqa’iq al-Akhbar fi Dhikr al-Jannah wa al-Nar” karangan Imam Abd al-Rahim bin Ahmad al-Qadhi, dan kitab “Durar al-Hisan” karangan al-Suyuti, dan “Mashariq al-Anwar” oleh Shaikh Hasan al-Adawi antara lainnya, oleh Syaikh Zain al-Abidin al-Fatani rh Maktabah wa Matba’ah dar al-Ma’arif, Pulau Pinang, Kitab ini dikarang oleh beliau pada tahun 1301 Hijrah. Pada halaman 3 dst. terdapat bab awal berkenaan dengan penciptaan roh teragung, al-Ruh al-A’zam, iaitu nur Nabi kita Muhammad alaihis-salatu was-salam. Kata beliau“Sesungguhnya telah datang pada khabar oleh bahawasanya Allah taala telah menjadi ia akan satu pohon kayu baginya empat dahan, maka menamai akan dia Syajarat al-Muttaqin Pokok Orang-orang yang bertaqwa, dan pada setengah riwayat Shajarah al-yaqin Pokok Keyakinan, kemudian telah menjadi ia akan Nur Muhammad di dalam hijab daripada permata yang sangat putih seumpama rupa burung merak dan dihantarkan ia akan dia atas demikian pohon kayu itu , maka mengucap tasbihlah oleh Nur itu atas pohon kayu itu kadar tujuh puluh ribu tahun, kemudian menjadi akan cermin kemaluan maka dihantarkan akan dia dengan berhadapannya; maka tatkala menilik oleh merak itu di dalam cermin itu melihat ia akan rupanya terlebih elok dan terlebih perhiasan kelakuan, maka malu ia daripada Allah taala, maka lalu berpeluh ia maka titik daripadanya enam titik, maka menjadi oleh Allah taala daripada titik yang pertama akan ruh Abu Bakar radiya’Llahu anhu, dan daripada titik yang kedua itu akan ruh Umar radiya’llahu anhu dan daripada titik yang ketiga itu akan ruh Uthman radiya’Llahu anhu, dan daripada titik yang keempat itu akan ruh Ali radiya’Llahu anhu, dan daripada titik yang kelima itu akan pohon bunga mawar dan daripada titik yang keenam itu akan padi” hal. 3.Kemudian disebut bagaimana Nur Muhammad itu sujud lima kali, dengan itu, menjadi fardu sujud, lalu difardukan sembahyang yang lima waktu atas Muhammad dan ummatnya. Kemudian disebut Allah menilik kepada nur itu, lalu ia malu, berpeluh kerana malunya. Daripada peluh hidungnya Allah jadikan malaikat, daripada peluh mukanya Allah jadikan Arasy, Kursi, Lauh dan Qalam, matahari, bulan, hijab, segala bintang, dan barang-barang yang ada di langit. Daripada peluh dadanya dijadikan anbia, mursalin, ulama, syuhada dan solihin. Daripada peluh belakangnya dijadikan Bait al-ma’mur, Ka’bah, Bait al-Maqdis, dan segala tempat masjid dalam dunia. hal. 3-4.Disebutkan beberapa kejadian lagi daripada peluhnya ituDaripada peluh dua kening mukminin dan mukminat dari umat Muhammad;Daripada peluh dua telinganya arwah Yahudi dan Nasrani, dan Majusi, golongan mulhid, kafir yang engkar kebenaran, peluh dua kaki segala bumi dari Timur dan Barat dan yang ada di dalamnya hal. 4Kemudian Allah memerintah nur itu supaya memandang ke hadapan, di hadapannya ada nur, di kanan dan kirinya juga nur. Mereka itu ialah Abu Bakar, Umar, Uthman, dan Ali. Kemudian Nur itu mengucap tasbih selama tujuh puluh ribu pengarang dijadikan nur para anbia daripada Nur Muhammad ertinya dijadikan arwah para anbia daripada peluh ruh Muhammad dan dijadikan segala ruh umat anbia itu daripada peluh arwah anbia mereka diriwayatkan bahawa dijadikan oleh Allah kandil daripada akik yang merah, dilihat orang akan zahirnya itu daripada bahagian dalamnya, kemudian dijadikan rupa Muhammad seperti Baginda di dunia ini, kemudian diletakkan di dalam kandil tersebut, berdiri Baginda di dalamnya seperti berdirinya di dalam sembahyang; kemudian berkeliling roh segala anbia dan lainnya di sekeliling kandil nur Muhammad alaihis-salam, mengucap tasbih dan mengucap tahlil mereka itu selama seratus ribu tahun; kemudian Allah menyuruh segala ruh itu menilik kepadanya; yang menilik kepada kepalanya menjadi khalifah dan sultan antara sekelian makhluk; yang menilik kepada dahinya menjadi amir yang adil; yang menilik kepada dua matanya menjadi hafiz kalam Allah; yang melihat dua keningnya menjadi tukang lukis; yang melihat kepada dua telinganya jadilah ia menuntut dengar dan menerima pengajaran; yang melihat dua pipinya jadilah ia berbuat baik dan berakal; yang melihat dua bibir mulutnya menjadi orang-orang besar raja. Yang melihat hidung menjadi hakim dan tabib dan penjual bau-bauan. Yang melihat mulut menjadi orang puasa. Demikian seterusnya dengan melihat anggota tertentu, jadilah orang itu mempunyai sifat-sifat tertentu di dunia nanti. Misalnya yang melihat dadanya menjadi orang alim, mulia dan mujtahid. hal. 5. Dan orang yang tidak menilik sesuatu kepadanya jadilah ia mengaku menjadi Tuhan seperti Fir’aun dan yang sepertinya. hal. 5.Beliau menyebut hadith qudsi كنت كنزا مخفيا فأحببت أن أعرف فخلقت الخلق لاعرف Adalah Aku perbendaharaan yang tersembunyi maka Aku kehendak akan diperkenal akan daku maka Aku jadikan segala makhluk supaya dikenalnya akan daku. hal. 6Kemudian beliau menyebut hadith Nabi أول ما خلق الله تعالى نورى وفى رواية روحىErtinya yang awal-awal barang yang suatu dijadikan Allah taala itu nurku dan pada suatu riwayat ruhku. Kata pengarang ini Maka adalah sekelian alam ini dijadikan Allah subhanahu taala daripada sebab nur Muhammad seperti yang teleh tersebut. Lalu ia menyebut pula haditrh qudsi خلقت الاشياء لاجلك وخلقتك لاجلىErtinya Aku jadikan segala perkara itu kerana engkau ya Muhammad dan Aku jadikan akan dikau itu kerana Aku, yakni dijadikan nur Muhammad itu dengan tiada wasitah suatu jua pun. hal. 6Melalui kitab terkenal ini tersebar fahaman tentang konsep Nur Muhammad di kalangan Muslimin sebelah yang berikutnya ialah tentang penciptaan Adam hal 6 dst.Kitab al-Kaukab al-Durri fi al-Nur al-Muhammadi oleh Syaikh Muhammad bin Isma’il Daud al-Fatani rhKitab ini terbitan Khazanah al-Fattaniyyah, Kuala Lumpur, 2001. Kitab ini yang dikarang oleh penulisnya pada tahun 1304 Hijrah, di Makkah, berbicara tentang tajuk yang berkenaan dari halaman 2-7. Isinya berdasarkan riwayat Ka’ab al-Akhbar, sebagaimana yang ada dalam kitab “Kashf al-Ghaibiyyah” karangan Syaikh Zain al-Abidin al-Fatani. Antaranya maklumatnya ialah Tuhan menggenggam satu genggam daripada NurNya, diperintah ia menjadi Muhammad, ia menjadi Muhammad, ia menjadi tiang, ia sujud kepada Allah, dibahagi nur itu kepada empat bahagi, pertama menjadi Lauh, kedua Qalam, perintah menulis kepada Qalam, sampai kepada umat nabi-nabi, yang taat dan yang derhaka, dengan akibat-akibat mereka. Sampai disebutkan riwayat tentang sesiapa yang melihat nur itu pada bahagian-bahagian tertentu jadilah ia mempunyai sifat-sifat tertentu. Sekelian makhluk dijadikan daripada nurnya. Ia berakhir dengan menyebut makhluk sembahyang dengan huruf nama Ahmad dan Muhammad, berdiri qiyam seumpama alif, ruku’ seumpama ha’, sujud seumpama mim, duduk seperti rupa dal. Juga dikatakan makhluk dijadikan atas rupa huruf nama Muhammad, kepala bulat seperti mim, dua tangan seperti rupa ha’, perut seperti rupa mim, dua kaki seperti rupa “Daqa’iq al-Akhbar fi Dhikr al-jannah wa al-Nar” terjemahan Melayu oleh Syaikh Ahmad ibn Muhammad Yunus LangkaKitab ini diterjemahkan oleh beliau pada 1312 Hijrah di Makkah dahulunya diterbitkan oleh dar Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, Mesir. Kemudian ia diterbitkan oleh Maktabah wa matba’ah al-ma’arif, Pulau Pinang, tanpa tarikh. Isi kitab ini berkenaan dengan nur Muhammad asal kejadiannya, bagaimana semua makhluk dijadikan daripadanya adalah sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syaikh Zain al-Abidin dalam “Kasshf al-Ghaibiyah”nya yang menjadikan kitab ini sebagai satu daripada sumber-sumbernya, sebagaimana yang dinyatakan dalam bahagian permulaan kitabnya. Bab pertamanya sama isinya dengan apa yang ada dalam kitab terjemahan Madarij al-Su’ud oleh Nawawi al-Bantani rhKitab “Madarij al-Su’ud ila ktisa’ al-Burud”, dalam Bahasa Arab, syarah bagi kitab “Maulid al-Barzanji”. Dalam mensyarahkan kata-kata dalam “al-Barzanji” hal. 2-3 Surabaya, tanpa tarikh dan Singapura, tanpa tarikh bermaksud “Segala puji-pujian bagi Allah yang membuka seluruh wujud ini dengan Nur Muhammad al-Nur al-Muhammadi” yang mengalir dalam tiap-tiap perkara perkara yang ditakdirkannya oleh Allah taala sebelum daripada Ia menjadikan langit-langit dan bumi selama lima puluh ribu kata Syaikh Nawawi rh lagi menukil Ka’ab al-Akhbar Allah meredhainya “Bila Allah hendak menjadikan sekelian makhluk dan mengamparkan bumi dan menegakkan langit, Ia mengambil segempal daripada nurNya firmanNya Jadilah kamu Muhammad, maka jadilah ia sebagai tiang daripada nur dan gemilang bercahaya sehingga sampai kepada hijab zulmah kemudian ia sujud, sambil katanya Al-hamdulillah, kemudian Allah berfirman kerana itu Aku jadikan engkau dan menamakan engkau Muhammad, daripada engkau Aku memulakan penciptaan dan dengan engkau Aku mengkhatamkan sekelian rasul; kemudian Allah taala membahagikan nurnya itu kepada empat bahagian, dijadikan daripada yang pertamanya Lauh daripada yang keduanya al-qalam, kemudian Allah berfirman kepada Qalam tulislah, kemudian qalam … selama seribu tahun kepara kehebatan Kalam Allah taala kemudian ia berkata; Apa yang hamba hendak tuliskan, Tuhan berfirman Tulislah la ilaha illa’Allah Muhammadun Rasulullah’ maka Qalam pun menulis yang demikian itu, kemudian ia menjadi terbimbing kepada Ilmu Allah dalam makhlukNya, kemudian ia menulis anak-anak Adam sesiapa yang taatkan Allah dimasukkanNya ke dalam Syurga dan sesiapa yang derhaka kepadaNya dimasukkanNya ke dalam Neraka;Kemudian ia menulis tentang umat Nuh, sesiapa yang taatkan Allah dimasukkanNya ke dalam Syurga dan sesiapa yang derhaka kepadaNya dimasukkanNya ke dalam Neraka…Demikian seterusnya dengan menyebut umat nabi Ibrahim, … umat nabi Musa …, umat Nabi Isa …, sampai kepada umat nabi Muhammad … kemudian bila Qalam hendak menulis sesiapa yang derhaka dari umat Muhammad akan dimasukkan ke dalam Neraka, terdengar suara dari Tuhan yang Maha Tinggi wahai Qalam, beradablah, maka pecahlah Qalam kerana rasa haibah itu, …, kemudian ini diikuti dengan sebutan tentang bahagian ketiga dijadikan Arasy, dan bahagian yang keempat dibahagi empat pula daripada yang awalnya dijadikan akal, daripada yang kedua dijadikan ma’rifah, daripada yang ketiga dijadikan cahaya Arasy, dan cahaya mata, serta cahaya siang, maka tiap-tiap cahaya ini adalah daripada Nur dinyatakan yang bahagian yang keempat itu diletakkan di bawah Arasy sehinggalah Allah menjadikan Adam maka Allah letakkan nur itu pada belakangnya, dan dijadikan para malaikat sujud kepadanya, dimasukkannya ke dalam Syurga, walhal para malaikat bersaf di belakang Adam, melihat kepada nur Muhammad. Bila Adam alaihis-salam bertanya mengapa malaikat berdiri di belakangnya bersaf Allah menjawab mereka itu sedang melihat kepada nur kekasihNya Muhammad yang menjadi khatam sekelian rasul dan anbia. Kemudian Adam meminta nur itu dipindahkan ke hadapan, lalu diletakkan pada dahi Baginda. Maka malaikat mengadap wajahnya pula. Adam meminta pula dipindahkannya lalu diletakkan pada jari telunjuknya supaya ia boleh melihatnya; maka bertambah-tambahlah cantiknya nur itu. Kemudian disebut nur itu dipindah kepada Hawwa’, kemudian kepada nabi Shith, dan seterusnya. Demikianlah nur itu berpindah daripada satu rahim yang suci kepada rahim suci yang lain, sampai ia kepada sulbi Abdullah bapanya, kemudian keluarlah ia ke dunia melalui rahim ibunya. hal. 3.Perbincangan tentang punca-punca konsep Nur MuhammadAntara punca-punca konsep Nur Muhammad ini ialah sebutan-sebutan tentangnya dalam Qur’an dan al-Qur’an terdapat sebutan tentang “nur” dalam ayat yang bermaksud “Sesungguhnya telah datang kepadamu Nur dari Allah dan Kitab yang nyata” Al Quran 515.Tentang ayat di atas “Tafsir al-Jalalain” oleh al-Suyuti menyatakan makna nur itu ialah “rasulullah جَاءَكُمْ مِنْ اللَّه نُور” هُوَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “وَكِتَاب” قُرْآن “مُبِين” بَيِّن ظَاهِرDalam “Tafsir al-Qurtubi” dinyatakan begini” قَدْ جَاءَكُمْ مِنْ اللَّه نُور ” أَيْ ضِيَاء ; قِيلَ الْإِسْلَام , وَقِيلَ مُحَمَّد عَلَيْهِ السَّلَام ; عَنْ الزَّجَّاج .Telah datang kepada kamu Nur dari Allah, iaitu cahaya, dikatakan “Islam”, dan dikatakan Muhammad dari al-Zajjaj. Dan “kitab” itu dikatakan Qur’ “Tafsir al-Tabari” “nur” telah datang kepada kamu wahai ahli Taurat dan Injil Nur dari Allah, yakni Nur itu Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam yang dengannya dicerahkan kebenaran dizahirkan Islam dan dihapuskan جَاءَكُمْ يَا أَهْل التَّوْرَاة وَالْإِنْجِيل مِنْ اللَّه نُور , يَعْنِي بِالنُّورِ مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , الَّذِي أَنَارَ اللَّه بِهِ الْحَقّ , وَأَظْهَرَ بِهِ الْإِسْلَام , وَمَحَقَ بِهِ الشِّرْكDalam “Tafsir ibn Kathir” tentang ayat ini Al Quran 515 dinyatakanقَدْ جَاءَكُمْ مِنْ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ ” يَقُول تَعَالَى مُخْبِرًا عَنْ نَفْسِهِ الْكَرِيمَةِ أَنَّهُ قَدْ أَرْسَلَ رَسُوله مُحَمَّدًا بِالْهُدَى وَدِين الْحَقّ إِلَى جَمِيع أَهْل الْأَرْضTelah datang kepada kamu Nur dari Allah dan kitab yang nyata, Allah taala memberi khabar berekenaan dengan diriNya sendiri bahawa Ia mengutuskan RasulNya Muhammad dengan Bimbingan Hidayat dan Agama yang hak kepada semua ahli dengan ayat 119 Surah al-Syu’ara’وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَDan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujudقَالَ مُجَاهِد وَقَتَادَة فِي الْمُصَلِّينَ . وَقَالَ اِبْن عَبَّاس أَيْ فِي أَصْلَاب الْآبَاء , آدَم وَنُوح وَإِبْرَاهِيم حَتَّى أَخْرَجَهُ نَبِيًّا . وَقَالَ عِكْرِمَة يَرَاك قَائِمًا وَرَاكِعًا وَسَاجِدًا ; وَقَالَهُ اِبْن عَبَّاس أَيْضًاKata Mujahid dan Qatadah perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud iaitu di kalangan mereka yang sembahyang. Kata Ibn Abbas dalam sulbi-sulbi bapa-bapa kamu turun temurun Adam, Nuh, dan Ibrahim, sehingga Allah keluarkan Baginda sebagai nabi akhir zaman. Kata Ikrimah Melihat engkau berdiri, ruku’, sujud; Ibn Abbas juga berpendapat “Tafsir Ibn Kathir” dalam hubungan dengan ayat yang sama terdapat kenyataanوَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَوَقَوْله تَعَالَى ” وَتَقَلُّبك فِي السَّاجِدِينَ ” قَالَ قَتَادَة ” الَّذِي يَرَاك حِين تَقُوم وَتَقَلُّبك فِي السَّاجِدِينَ ” قَالَ فِي الصَّلَاة يَرَاك وَحْدك وَيَرَاك فِي الْجَمْع وَهَذَا قَوْل عِكْرِمَة وَعَطَاء الْخُرَاسَانِيّ وَالْحَسَن الْبَصْرِيّ وَقَالَ مُجَاهِد كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرَى مِنْ خَلْفه كَمَا يَرَى مِنْ أَمَامه وَيَشْهَد لِهَذَا مَا صَحَّ فِي الْحَدِيث ” سَوُّوا صُفُوفكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاء ظَهْرِي ” وَرَوَى الْبَزَّار وَابْن أَبِي حَاتِم مِنْ طَرِيقَيْنِ عَنْ اِبْن عَبَّاس أَنَّهُ قَالَ فِي هَذِهِ الْآيَة يَعْنِي تَقَلُّبه مِنْ صُلْب نَبِيّ إِلَى صُلْب نَبِيّ حَتَّى أَخْرَجَهُ نَبِيًّا .Firman Allah taala Dan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud. Kata Qatadah Dia yang melihat engkau bila engkau berdiri dan perubahan gerak engkau di kalangan mereka yang sujud” dalam sembahyang Ia melihat engkau keseorangan dan dalam jemaah. Ini pendapat Ikrimah dan Ata’ al-Khurasani serta Hasan al-Basri. Kata Mujahid Rasulullah boleh melihat orang di belakang Baginda sebagaimana ia boleh melihat orang yang di hadapannya. Dan ia menyaksikan bagi yang demikian sebagaimana yang sahih dalam hadith.’Samakan saf-saf kamu, sesungguhnya aku melihat di belakangku’. Dan diriwayatkan oleh al-Bazzar danb ibn Abi Hatim dari dua jalan dari ibn “Abbas bahawa ia menyatakan tentang ayat ini iaitu perubahan gerak Baginda dalam sulbi nabi sampai ke sulbi nabi yang lain, dari Adam sampai seterusnya sehingga Tuhan keluarkan Baginda ke-dunia menjadi penamat sekelian Tafsir Ruh al-ma’ani karangan al-Alusi rh tentang huraian berkenaan dengan ayat 515, kenyataannya ialah seperti berikutBerkenaan dengan ayat yang bermaksud “Telah datang kepada dari Allah nur dan kitab yang nyata”-nur yang agung azim, ia cahaya bagi sekelian cahaya nur al-anwar, nabi yang terpilih salla’Llahu alaihi wa sallam, dan Qtadah berpegang kepada pendapat ini, juga ahli bahasa yang terkenal al-Zajjaj…Dan tidak jauh daripada kebenaran pada pendapatku bahawa maksud kitab yang nyata itu juga ialah nabi salla’llahu alaihi wa sallam, dan ataf atasnya adalah seperti ataf yang dikatakan oleh al-Jubba’I iaitu pada al-Jubbai Mu’tazilah itu nur dan kitab itu kedua-duanya maksudnya Qur’anmaka pada al-Alusi, kedua-duanya itu adalah merujuk kepada nabi Muhammad dan tidak ada syak bahawa sebutan itu tiap-tiap satunya adalah kepada nabi alaihis-salatu was-salam iaitu Nabi Muhammad, dan kalau anda teragak-agak untuk menerimanya dari segi ibaratnya, maka biarlah anda menerimanya dari segi isyaratnya pula…jilid III, hubungan dengan ayat yang bermaksud Tidaklah Kami mengutus engkau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat untuk sekelian alam, al-Alusi dalam Tafsir Ruh al-Ma’ani jilid menyatakan seperti berikutHakikat keadaan nabi salla’Llahu alaihi wa sallam sebagai rahmat untuk semuanya adalah dengan mengambil kira Baginda sebagai perantara wasitah untuk limpahan rahmat Ilahi wasitah al-faid al-Ilahi atas sekelian makhluk yang ada al-mumkinat daripada permulaan lagi; kerana itulah maka nurnya adalah perkara yang mula-mula sekali dijadikan Allah; dalam hadith ada kenyataan Perkara awal yang dijadikan Allah taala ialah nur nabi engkau, wahai Jabir,’ dan ada hadith “Allah taala Maha pemberi dan aku Pembahagi’. Allah taala al-Mu’ti wa ana al-Qasim.Dalam “Tafsir Ruh al-Ma’ani” karangan Al-Alusi rh H., tentang ayat yang bermaksud “telah datang kepada kamu dari Allah nur dan kitab yang nyata” jilid terdapat penerangan bahawa “nur itu nur yang agung, nur dari segala nur, dan nabi yang terpilih-salla’llahu alaihi wa sallam- ini pandangan yang dipegang oleh Qatadah, dan al-Zajjaj ahli bahasa yang terkenal itu memilih pendapat ini…Dan pada sisiku tidak jauh dari kebenaran bahawa yang dimaksudkan nur dan kitab yang nyata itu adalah kedua-duanya merujuk kepada nabi salla’llahu alaihi wa sallam, dan penyambung yang digunakan itu adalah seperti penyambung yang dikatakan oleh al-Jubba’I ulama Mu’tazilah yang terkenal itu pada al-Jubba’I kedua-dua nur dan kitab itu merujuk kepada Qur’an , adapun pada al-Alusi kedua-duanya merujuk kepada Nabi Muhammad dan mungkin anda merasa teragak-agak untuk menerima pendapat ini dari segi ibaratnya, maka biarkanlah itu jadinya dari segi isyarat iaitu kalau anda tidak boleh menerima pendapat saya ini dari segi ibaratnya biarlah itu boleh diterima dari segi isayaratnya…” ibid. III. 369.Dalam kitab yang sama, Ruh al-Ma’ani, juz berhubung dengan ayat yang bermaksud “Tidaklah kami mengutus engkau wahai Muhammad melainkan sebagai rahmat untuk sekelian alam”, beliau memberi huraian dengan katanya “Hakikat keadaan Nabi salla’Llahu alaihi wa sallam sebagai rahmat untuk semua yangt wujud “lil-jami’” itu ialah dengan iktibar bahawa Baginda adalah penengah –wasitah- bagi limpahan rahm at Ilahi “wasitah al-faid al-ilahi” atas sekelian makhluk “al-mumkinat” dari awalnya, dan itu ialah kerana nur Baginda salla’Llahu alaihi wa sallam adalah makhluk yang paling awal; maka dalam hadith dinyatakan “perkara awal yang dijadikan Allah taala ialah nur nabi engkau wahai Jabir…” dan datang hadith yang menyebut “Allah ta’ala adalah Maha pemberi dan aku adalah Pembahagi”.Di kalangan ulama sufiah – Allah menyucikan asrar mereka – ada terdapat huraian berkenaan dengan hal yang demikian itu yang leb ih lagi daripada ini.”Kemudian al-Alusi rh menukil pendapat ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya “Miftah al-sa’adah”. Katanya “Kalaulah tidak kerana nubuwwat tidak akan ada langsung dalam alam ini ilmu yang bermenafaat, amal salih, dan kebaikan dalam hidup manusia, dan tidak ada asas bagi kerajaan, dan manusia akan berkedudukan seperti haiwan dan binatang buas serta anjing yang memudaratkan, yang setengahnya berseteru dengan yang setiap perkara kebaikan pada alam ini adalah daripada kesan nubuwwah, dan tiap-tiap keburukan yang berlaku dalam alam atau yang akan berlaku adalah dengan sebab terselindungnya kesan nubuwwah dan pengarjian tentangnya. Maka alam ini adalah seumpamna jasad dan rohnya ialah nubuwwah, maka tanpa rohnya jasad itu tidak akan ada dokongannya; kerana itu bila tidak ada langsung kesan nubuwwah dan pengajiannya buminya akan bergoncang, makhluk yang berada di atasnya akan binasa, maka tidak ada dokongan untuk hidup alam melainkan dengan kesan-kesan nubuwwah iaitu pengajaran daripadanya. “Ruh al-Ma’ani”. juz 9, hal. 100.Dalam kitab yang sama, tentang ayat yang bermaksud “gerak-gerimu di kalangan mereka yang sujud” al-Shu’ara 217-219, selain daripada maksud bahawa nabi beregerak di kalangan mereka yang sembahyang, dengan da’wahnya dan lainnya, pengarang “Ruh al-Ma’ani” jilid menerangkan bahawa “dan daripada ibn Jubair bahawa maksud mereka itu ialah para anbia dan makna “melihat gerak-geri engkau sebagaimana gerak-geri mereka yang selain daripada engkau dari kalangan para anbia dalam mereka menyampaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, sebagaimana yang kamu lihat”, dan tafsir tentang “mereka yang sujud” itu para anbia, diriwayatkan oleh satu jemaah, antara mereka ialah Tabarani, al-Bazzar, dan Abu Nu’aim , dari ibn Abbas juga , melainkan bahawa beliau itu –Allah meredhainya- menafsirkan “gerak-geri engkau di kalangan mereka” itu sebagai bermakna berpindah-pindahnya Baginda sebagai Nur Muhammad-UEM dalam sulbi-sulbi mereka sehingga bondanya melahirkannya –alaihis-salatu wassalam- …’ Tafsir al-Wajiz fi Tafsir al-Qur’an al-Aziz karangan al-Imam Abul-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi H. berkenaan dengan ayat yang bermaksud Telah datang kepada kamu dari Allah cahaya dan Kitab yang nyata, katanya nur ya’ni Nabi salla’Llahu alaihi wa sallam dan Kitab yang nyata ya’ni Qur’an …Jilid II juga dalam Al-Tafsir al-Munir li-Ma’alim al-Tanzil al-Musamma Mirah Labid li-Kashfi Ma’na Qur’an Majid oleh Shaikh Nawawi al-Bantani dan beliau ulama Nusan tara, dari Bentan yang terkenal dalam abad ke-19 – di tepinya Tafsir al-Wajiz karangan al-Wahidi- jilid II hal. 196 ada dinyatakanAyat yang bermaksud Telah datang …dari Allah kepada kamu nur yaitu Rasul iaitu Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam dan Kitab yang nyata iaitu Qur’an…Dan dalam Tafsir yang sama, berhubungan dengan ayat yang bermaksud dan pergerakan kamu di kalangan mereka yang sujud, yaitu Ia melihat gerak-geri kamu dalam sembahyang dengan kiyam dan ruku’ dan sujud serta duduk bersama-sama mereka yang semb ahyang bila engkau menjadi imam dalam berjemaah dengan mereka, dan dikatakan dan Ia melihat engkau berpindah –pindah dalam sulbi para mu’minin dan mu’minat, semenjak dari Adam dan Hawa sampai kepada Abdullah dan Aminah; maka semua nenek moyang dan ibu bapa penghulu kita Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam lelaki dan perempuan, tidak termasuk syirik ke dalamdiri mereka kesyirikan selama mana Nur Muhammad al-Nur al-Muhammadi dalam lelaki dan perempuan itu, maka bila berpindah nur itu daripadanya kepada orang yang kemudiannya, maka m ungkin orang itu menyembah yang selain daripada Allah, dan Azar bapa nabi Ibrahim tidak menyembah berhala melainkan selepas berpindah Nur itu kepada Ibrahim, adapun sebelum berpindahnya kepada Ibrahim ia tidak menyembah selain dari Allah… berkenaan dengan Nur Tentang hadith berkenaan dengan Nur itu antara yang boleh dikemukakan ialahDalam Kitab “Kashf al-Khafa’ wa Muzil al-Ilbas Amman Ishtahara min al-Ahadith Ala Alsinatin-Nas’ oleh al-Ajluni Hijrah827 – أول ما خلق اللهُ نورُ نبِيكِ يا جابر – الحديثرواه عبد الرزاق بسنده عن جابر بن عبد الله بلفظ قال قلت‏‏ يا رسول الله، بأبي أنت وأمي، أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء‏.‏ قال‏‏ يا جابر، إن الله تعالى خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره، فجعل ذلك النور يدور بالقُدرة حيث شاء الله، ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار ولا ملك ولا سماء ولا أرض ولا شمس ولا قمر ولا جِنِّيٌ ولا إنسي، فلما أراد الله أن يخلق الخلق قسم ذلك النور أربعة أجزاء‏‏ فخلق من الجزء الأول القلم، ومن الثاني اللوح، ومن الثالث العرش، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الجزء الأول حَمَلَة العرش، ومن الثاني الكرسي، ومن الثالث باقي الملائكة، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء‏‏ فخلق من الأول السماوات، ومن الثاني الأرضين، ومن الثالث الجنة والنار، ثم قسم الرابع أربعة أجزاء، فخلق من الأول نور أبصار المؤمنين، ومن الثاني نور قلوبهم وهى المعرفة بالله، ومن الثالث نور إنسهم وهو التوحيد لا إله إلا الله محمد رسول الله‏.‏ الحديث‏.‏ كذا في المواهب‏.‏Hadith yang bermaksud “Yang pertama dijadikan Allah ialah nur Nabi engkau, wahai Jabir”. Diriwayatkan oleh Abd al-Razzaq dengan sanadnya daripada Jabir bin Abd Allah dengan lafaz Katanya Aku berkata Wahai Rasulullah, bapa dan bonda hamba menjadi tebusan tuan, beritahu kepada hamba tentang perkara terawal yang dijadikan Allah sebelum segala sesuatu. Jawab Baginda Wahai Jabir, sesungguhnya Allah jadikan sebelum segala sesuatu nur Nabi engkau daripada NurNya, kemudian Ia jadikan nur itu berkisar dengan kudrat cara yang dikehendakiNya, walhal dalam masa itu tiada Lauh Lauh Mahfuz, tiada Qalam, Syurga dan Neraka, tiada malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia. Maka bila Allah kehendaki menjadikan sekelian makhluk ia membahagikan Nur itu kepada empat bahagian, daripada juzu’ pertama ia jadikan al-Qalam, daripada yang kedua Ia jadikan Lauh Lauh Mahfuz, daripada yang ketiga Ia jadikan Arash, kemudian Ia membahagikan pula juzu’ yang keempat itu kepada empat bahagi, maka daripada juzu’ yang pertama Ia jadikan malaikat penanggung Arasy, daripada juzu’ yang kedua Ia jadikan Kursi, daripada yang ketiga Ia jadikan malaikat yang baki lagi. Kemudian Ia membahagikan lagi juzu’ yang keempat itu kepada empat bahagi yang pertamanya dijadikan langit-langit, yang keduanya bumi-bumi, yang ketiganya Syurga dan Neraka. Kemudian yang keempatnya dibahagikan kepada empat bahagian yang pertamanya dijadikanNya nur pandangan mata Muslimin, daripada yang kedua cahaya hati mereka, ia ma’rifat terhadap Allah, daripada yang ketiga dijadikanNya nur kejinakan mereka dengan Tuhan iaitu tiada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah’, demikian hadith dalam “al-Mawahib” iaitu al-Mawahib al-Laduniyyah karangan ahli hadith al-Qastallani yang terkenal sebagai rujukan itu.Dan seterusnyaوقال فيها أيضا‏‏ واختُلِف هل القلم أول المخلوقات بعد النور المحمدي أم لا‏؟‏ فقال الحافظ أبو يعلى الهمداني‏‏ الأصح أن العرش قبل القلم، لِما ثبت في الصحيح عن ابن عمر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏‏ قدر الله مقادير الخلق قبل أن يخلق السماوات والأرض بخمسين ألف سنة، وكان عرشه على الماء، فهذا صريح في أن التقدير وقع بعد خلق العرش، والتقدير وقع عند أول خلق القلم، فحديث عبادة بن الصامت مرفوعا ‏”‏أول ما خلق الله القلم، فقال له أكتب، فقال رب وما أكتب‏؟‏ قال أكتب مقادير كل شيء‏”‏ رواه أحمد والترمذي وصححه‏.‏وروى أحمد والترمذي وصححه أيضا من حديث أبي رزين العقيلي مرفوعا‏‏ إن الماء خلق قبل العرش‏.‏وروى السدي بأسانيد متعددة إن الله لم يخلق شيئا مما خلق قبل الماء، فيجمع بينه وبين ما قبله بأن أولية القلم بالنسبة إلى ما عدا النور النبوي المحمدي والماء والعرش انتهىIa menyatakan berkenaan dengan yang demikian juga Diperselisihkan adakah Qalam makhluk terawal selepas daripada nur Muhammad atau tidak? Al-Hafiz Abu Ya’la al-Hamadani yang asah ialah Arash sebelum daripada Qalam, mengikut riwayat yang sabit dalam kitab “Sahih” dari ibn Umar; katanya Sabda Rasulullah Allah menentukan takdir bagi sekelian makhluk sebelum Ia menjadikan langit-langit dan bumi lima puluh ribu tahun, Arashnya atas air; ini sarih atau nyata dalam perkara takdir berlaku selepas daripada penciptaan Arash; takdir ada pada awal mula tercipta Qalam; maka hadith Ubadah bin al-samit, marfu’, “Awal diciptakan Allah ialah Qalam, kemudian Ia berfirman Tulislah, kata Qalam Apakah yang hamba hendak tulis? FirmanNya, “Tulislah takdir segala sesuatu” Riwayat oleh Ahmad dan Tirmidhi; dianggapnya sahih.Dan diriwayat oleh Ahmad dan Tirmidhi, dianggapnya sahih juga, dari hadith Abu Razin al-Uqaili, marfu’, “Bahawa air dicipta sebelum daripada Arash”.Dan al-Suddi meriwayatkan dengan sanad-sanad yang berbilang bahawa Allah tidak menjadikan sesuatu sebelum daripada penciptaan air, maka boleh dihimpunkan antara ini dan apa yang sebelumnya bahawa keawalan Qalam dalam hubungan dengan yang selain daripada Nur Muhammad, Air, dan yang menyebut kejadian yang pertama itu “al-Qalam” ialah824– أول ما خلق الله القلم‏.‏رواه أحمد والترمذي وصححه عن عبادة بن الصامت مرفوعا بزيادة فقال له أكتب، قال رب وما أكتب‏؟‏ قال أكتب مقادير كل شيء،قال ابن حجر في الفتاوى الحديثية قد ورد أي هذا الحديث بل صح من طرق، وفي رواية إن الله خلق العرش فاستوى عليه، ثم خلق القلم فأمره أن يجري بإذنه، فقال يا رب بم أجري‏؟‏ قال بما أنا خالق وكائن في خلقي من قطر أو نبات أو نفس أو أثر أو رزق أو أجل، فجرى القلم بما هو كائن إلى يوم القيامة، ورجاله ثقات إلا الضحاك بن مزاحم فوثقه ابن حبان وقال لم يسمع من ابن عباس، وضعفه جماعة، وجاء عن ابن عباس رضي الله عنهما موقوفا عليه‏‏ إن أول شيء خلقه الله القلم، فأمره أن يكتب كل شيء ورجاله ثقات،وفي رواية لابن عساكر مرفوعة إن أول شيء خلقه الله القلم، ثم خلق النون، وهي الدواة، ثم قال له اكتب ما يكون أو ما هو كائن – الحديثوروى ابن جرير أنه صلى الله عليه وسلم قال ‏{‏ن ‏‏في الأصل ‏‏نون‏‏ مكان ‏‏ن‏‏‏‏ والقلم وما يسطرون‏}‏ قال لوح من نور، وقلم من نور، يجري بما هو كائن إلى يوم القيامة انتهى824. Perkawa terawal dijadikan Allah ialah Ahmad dan Tirmidhi, dikatakannya sahih, dari Ubadah bin al-samit, marfu’, dengan tambahan, Ia berfirman “Tulislah”, kata Qalam”Apakah yang hamba akan tulis?” FirmanNya “Tulislah takdir segala sesuatu”.Kata ibn Hajar dalam “al-Fatawi al-hadithah” “Datang riwayat, iaitu hadith ini, bahkan ia sahih daripada beberapa jalan, dan dalam riwayat” Allah menjadikan Arasy kemudian Ia beristiwa atasnya, kemudian Ia menjadikan Qalam, kemudian Ia memerintah supaya menulis dengan izinNya, katanya Apakah yang hamba akan tulis? FirmanNya tentang apa yang Aku jadikan dan yang ada dalam makhlukKu, terdiri daripada titik hujan, tumbuhan, nafas, bekas, rizki, atau ajal; maka Qalampun menulis tentang apa yang ada sampai ke Hari Kiamat. Rijalnya atau periwayatnya adalah mereka yang dipercayai rijaluhu thiqat, melainkan Qahhak bin Muzahim, tetapi ibn Hibban menganggapnya boleh dipercayai, katanya ia tidak mendengar daripada ibn Abbas, dan satu kelumpuk menganggapnya dhaif; dan datang riwayat daripada ibn Abbas –Allah meredhai keduanya-maukuf atasnya Perkara awal yang dijadikanNya Qalam, kemudian Ia menyuruhynya menulis; para periwayatnya boleh dipercayai rijaluhu thiqat.Dan dalam riwayat ibn Asakir, marfu’, bahawa perkarea awal yang dijadikan Allah ialah Qalam, kemudian “Nun”, bekas dakwat, kemudian firmanNya, Tulislah, apa yang akan ada dan yang diriwayatkan oleh ibn Jarir bahawa Baginda bersabdaNun, Demi Qalam dan apa yang mereka tulis katanya Lauh daripada nur, Qalam daripada nur, yang menulis tentang apa yang ada sehingga hari Kiamat. Seterusnya dalam teks yang sama ada riwayat seperti berikutوفى النجم روى الحكيم الترمذي عن أبي هريرة أن أول شيء خلق الله القلم، ثم خلق النون وهي الدواة، ثم قال له أكتب، قال وما أكتب، قال أكتب ما كان وما هو كائن إلى يوم القيامة وذلك قوله تعالى ‏{‏ن والقلم وما يسطرون‏}‏ ثم ختم على فم القلم فلم ينطق ولا ينطق إلى يوم القيامة، ثم خلق الله العقل، فقال وعزتي وجلالي لأكْمِلَنَّكَ فيمَن أحببتُ، ولأنْقُصَنَّكَ فيمن أبغضت، وقال اللقاني ‏‏في الأصل ‏‏اللاقاني‏‏‏‏ في شرح جوهرته‏‏ القلم جسم نوراني خلقه الله، وأمره بِكَتْبِ ما كان وما يكون إلى يوم القيامة، وتمسك عن الجزم بتعيين حقيقته، وفي بعض الآثار أول شيء خلقه الله القلم، وأمره أن يكتب كل شيء، وفي بعضها إن الله خلق اليراع، وهو القصب ثم خلق منه القلم، وفي رواية أول شيء كتبه القلم أنا التواب أتوب على من تاب انتهى‏.‏Dalam “al-Najm”, al-Hakim al-Tirmidhi meriwayatkan dari Abu Hjurairah, bahawa “Perkara awal yang dijadikan Allah ialah Qalam; kemudian Nun, iaitu Bekas Dakwat, kemudian firmanNya; Tulislah, katanya Apakah yang hamba akan tulis? FirmanNya Tulislah apa yang ada, dan yang akan ada sampai ke Hari Kiamat. Itulah firmannya Nun. Demi Qalam dan apa yang mereka tulis. Kemudian dikhatamkan atas mulut Qalam, lalu ia tidak berkata-kata, tidak berkata-kata sampai Kiamat. Kemudian Allah jadikan akal, Kemudian firmanNya; Demi KekuasaanKu dan KehebatranKu, Aku akan sempurnakan engkau dalam kalangan yang aku kasihi. Dan aku akan kurangkan engkau dalam kalangan mereka yang aku al-Laqqani dalam Syarah Jauharahnya Qalam adalah jisim nurani daripada nur, yang dijadikan Allah, lalu Ia perintahkan supaya ia menulis apa yang ada dan yang akan ada sampai Kiamat; ia tidak menjazamkan untuk menentukan hakikatnya; dalam setengah athar, perkara terawal yang Allah jadikan ialah Qalam, kemudian diperintahnya menulis tiap-tiap sesuatu, dalam setengah athar Allah menjadikan “yara” seperti Qalam, atau Qasab, seperti Batang, kemudian dijadikan daripadanya Qalam. Dalam satu riwayat perkara awal yang ditulisman oleh Qalam ialah Aku Maha penerima taubat, Aku menerima taubat mereka yang bertaubat’. Habis.al-Ajluni, dalam “Kashf al-Khafa’ wa Muzil al-Ilbas…”, Kitab “Nazm al-Mutanathir min al-Hadith al-Mutawatir” oleh Imam Muhammad bin Ja’far al-Kattani rh, dalam kitab al-iman sampai kitab al-manaqib’, di bawah hadith”awwalu ma khalaqa’Llah”, terdapat kenyataan194-أول ما خلق اللّه- ذكر الأمير في مبحث الوجود من حواشيه على جوهرة اللقاني أنها متواترة‏.‏‏‏قلت‏‏ ورد في بعض الأحاديث أن أول ما خلق اللّه ‏‏1‏‏ النور المحمدي وفي بعضها ‏‏2‏‏ العرش في بعضها ‏‏3‏‏ البراع أي القصب وصح حديث أول ما خلق اللّه ‏‏4‏‏ القلم وفي غيره أول ما خلق اللّه ‏‏5‏‏ اللوح المحفوظ وجاء بأسانيد متعددة ‏‏6‏‏ أن الماء لم يخلق قبله شيء وفي بعض الأخبار ‏‏7‏‏ أن أول مخلوق الروح وفي بعضها ‏‏8‏‏ العقل إلا أن حديث العقل فيه كلام لأئمة الحديث بعضهم يقول هو موضوع وبعضهم ضعيف فقط*وأجيب عن التعارض الواقع فيها بأن أولية النور المحمدي حقيقية وغيره إضافية نسبية وأن كل واحد خلق قبل ما هو من جنسه فالعرشAl-Amir dalam bahas berkenaan dengan wujud, dalam syarahnya ke atas “Jauharah al-Laqqani”, bahawa hadith tentang itu mutawatir. Pengarang itu menyatakan bahawa ia berkata;Datang riwayat dalam setengah hadith tentang perkara awal yang dijadikan itu 1 Nur Muhammad, dalam setengahynya 2 Arasy, dalam setengahnya pula 3 “al-yara” iaitu qasab, Batang, dan sah hadith tentang perkara awal yang dijadikan Allah Qalam, dalam yang lain dinyatakan awal yang dijadikan Allah 4 Qalam, dalam yang lain pula awal dijadikanNya ialah 5 alo-lauh al-mahfuz, dan datang dalam berbilang sanad bahawa ia 6 Air, dan tidak dijadikan sesuatu sebelum daripadanya; dalam setengah riwayat al-akhbar ia 7 awal makhluk ialah ruh, dalam setengahnya 8 Akal, melainkan hadith tentang akal di dalamnya ada kenyataan para imam hadith, setengahnya menyatakan maudhu’, setengahnya menyatakan daif boleh dijawab berkenaan dengan percanggahan yang ada ini, bahawa nur Muhammad itu awal hakiki, yang lainnya awal secara idafi, atau bandingan, secara nisbah, tiap-tiap satu daripada yang lainnya dijadikan sebelum daripada yang terdiri daripada jenisnya; maka Arasy sebelum daripada jisim-jisim yang kasar, akal sebelum daripada jisim-jisim yang halus latif, yara’ awal daripada makhluk tumbuhan nabatiah, demikianlah. Allah Maha Mengetahui. Dari “Nazm al-Mutanathir min al-hadith al-Mutawatir”, dari kitab al-iman sampai kepada kitab al-manaqib, -491 dalam Dalam “Al-Mawahib al-Ladunniyyah bil-Minah al-Muhammadiyyah” 2 jilid, karangan Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakr al-Khatib al-Qastallani Hijrah, dalam jilid pertama halaman 5 terdapat kenyataanKetahuilah wahai pembaca yang mempunyai akal yang sejahtera dan yang bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan dan kelengkapan – mudah-mudahan Allah memberi taufik kepadaku dan kepada anda-dengan hidayah kepada Jalan Yang Lurus bahawa sesungguhnya bila berlakulah lit. bergantunglah Iradat Allah taala untuk mengadakan makhluknya dan menentukan rezekinya, maka Ia menzahirkan hakikat Muhammadiyyah daripada Nur-Nur Samadiyyah dalam hadhrat AhadiyahNya, kemudian Ia menjadikan alam-alam, semua sekali, alam tingginya dan alam rendahnya dalam rupa bentuk hukumNya sebagaimana yang telah terdahulu ada dalam IradatNya dan IlmuNya yang terdahulu dari Azali lagi, kemudian Ia mem beritahu tentang kenabiannya dan berita baiknya dengan kerasulannya ini, walhal Adam masih belum ada, sebagaimana yang dinyatakannya bahada Adam adalah antara ruh dan terpancarlah daripadanya –salla’Llahu alaihi wa sallam- ain sekelian arwah, maka zahirlah Al-Mala’ al-A’la dengan mazhar yuang paling hebat, maka bagi mereka itu ada jalan yang paling manis, ia salla’Llahu alaihi wa sallam, jenis tinggi, mengatasi segala jenis makhluk, ia Bapa Teragung bagi sekelian yang maujud dan manusia sekelian.Maka bila habislah masa dengan nama batinnya, dalam hubungan dengan hak salla’Llahu alaihi wa sallam untuk wujud dalam rupa jisimnya, dan berkaikt ruh dengan jasadnya, berpindahlah hukum zaman kepada nama zahirnya, maka zahirlah Muhammad salla’llahu alaihi wa sallam dengan keseluruhan jasad dan ruhnya walaupun terkemudian jasadnya zahir anda mengetahui tentang nilainya, iaitu ia adalah khizanah atau perbendahraan rahasia dan pusat berlakunya perintah; maka tidak lulus perintah melainkan daripadanya; tidak berpindah kebaikan melainkan daripadanya…Dikeluarkan riwayat hadith oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih’nya dari hadith Abdullah bin Umar dari Nabi bahawa Baginda bersabda Sesungguhnya Allah menentukan takdir bagi sekelian makhluk sebelum Ia menjadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun, dan ArasyNya di atas air…Dan dari “Irbad bin Sariyah dari Nabi Sesungguhnya aku di sisi Allah sebagai khatam al-Nabiyyin-penutup sekelian nabi-walhal Adam masih terbujur dalam tanahnya sebelum roh ditiupkan ke dalamnya;’ riwayat Ahmad dan Baihaqi serta al-Hakim. Kata al-Hakim isnadnya kata beliau Dari Maisarah al-Dabbi katanya, bahawa katanya Aku berkata, wahai bilakah tuan hamba menjadi nabi? jawabnya bersabda Waktu Adam masih antara ruh dan jasad.’ Ini lafaz riwayat Ahmad dan al-Bukhari dalam ; Tarikh’nya serta Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah”, al-Hakim menyatakan ia menyebut beberapa hadith lagi berkenaan dengan tajuk ini, Qastallani memberi huraian berkenaan dengan maksud hadith-hadith itu katanyaMaka boleh diihtimalkan hadith itu tentang Nabi Muhammad sudah nabi walhal Adam masih antara roh dan jasad serta dengan riwayat al-Irbad bin Sariyah tentangt wajibnya kenabian bagi Baginda dan sabitnya, kemudian zahirnya pula ke alam nyata. Sesungguhnya penulisan al-kitabah digunakan dalam sesuatu yang wajib; firman Allah ta’ala maksud’Diwajibkan atas kamu lit. dituliskan puasa dan Allah mewajibkan lit. Allah menulis bahawa Aku akan benar-benar mengatasi’. Dan dalam hadith dari Abu Hurairah dinyatakan bahawa mereka iaitu para Sahabat bertanya bilakah diwajibkan kenabian bagi tuan hamba? Baginda menjawab Waktu Adam masih antara roh dan jasad’. Riwayat Tirmidhi, katanya hadith hasan Qastallani menyebut riwayat dalam Amali ibn Sahalal-Qattan’ dari Sahal ibn Salih al-Hamadhani katanya Aku bertanya kepada Abu Ja’far Muhammad bin Ali bagaimana nabi Muhammad menjadi nabi yang mendahului para anbia walhal Baginda terakhir dibangkitkan. Kata beliau Sesungguhnya Allah ta’ala –bila Ia mengambil dari anak Adam dari zuriat mereka dari belakang merekadan menjadikan mereka menjadi saksi atas diri mereka, Tidakkah Aku Tuhan kamu?’ adalah nabi Muhammad orang yang pertama yang mengatakan Ya, kerana itu Baginda menjadi terdahulu dari sekelian anbia walhal ia terakhir dibangkitkan dalam sejarah dunia. Kalau anda berkata Nubuwwah adalah satu sifat yang mesti ada orang yang disifatkan itu, walhal sesungguhnya beliau itu ada hanya selepas sampai umur empat puluh tahun, maka bagaimanakah disifatkan beliau itu sebelum wujudnya dan sebelum ia diutus sebagai rasul? Maka boleh diberikan jawapan bahawa al-Ghazali dalam’ kitab al-nafkh wa al-taswiyah’ berkenaan dengan hal ini dan berkenaan dengan hadith Aku nabi terawal dari segi penciptaan dan terakhir dari segi dbangkitkan dalam sejarah, bahawa maksud penciptaan’ al-khalq di sini ialah takdir atau penetapan bukannya mengadakan ’al-taqdir duna al-ijad’; maka Baginda itu sebelum bondanya melahirkannya tidak wujud sebagai makhluk, tetapi wujud dalam bentuk matlamat-matlamat dan aspek-aspek kesempurnaan al-ghayat wa al-kamalat’ yang mendahului dalam takdir yang mengikutinya dalam makna kata-kata mereka yang bijaksana’Awal fikiran ialah akhir amalan, dan akhir amalan adalah awal fikiran” awwal al-fikrah akhir al-amal wa akhir al-amal awwal al-fikrah’.Kemudian dalam memberi huraian tentang perkara ini beliau menyebut berkenaan dengan jurutera yang mempunyai konsep dan rupa bentuk surah’ awal tentang bangunan yang hendak dibinanya dalam mindanya, dengan rupa bentuk yang lengkap sempurna dar kamilah’; itulah yang ada dalam takdir’ atau ketetapannya. Itulah yang ada kemudiannya yang zahir sebagai hasil daripada amalannya. Maka bangunan yang lengkap sempurna itu yang terawal dalam takdir’nya, dan itulah yang terakhir dari segi wujudnya. Demikianlah-kiasnya- hadith Aku nabi’ itu isyarat kepada apa yang dinyatakan, iaitru nabi dalam takdir’ Ilahi sebelum sempurna penciptaan Adam kerana tidaklah diciptakan Adam melainkan untuk dikeluarkan daripada zuriatnya Mujhammad beliau menyatakan bahawa hakikat ini tidak boleh difahami melainkan dengan mengetahui bahawa rumah atau bangunan itu ada dua wujud, satu wujud dalam minda jurutera dan otaknya, dan ia melihat kepada rupa bentuk rumah di luar daripada minda dalam zat-zat al-a’yan’ dan wujud zihin adalah sebab bagi wujud yang zahir di luar zihin yang boleh dipandang dengan mata, dan itu mesti mendahului. Demikianlah- hendaklah anda ketahui- bahawa Allah menentukan takdir, kemudian Ia mengadakan mengikut persepakatan dengan takdir…Dalam al-Mawahib al-Laduniyyah’juz daripada ini beliau menyebut hadith-hadith berkenaan dengan awalnya Nur Muhammad dan bagaimana perkara-perkara lain dijadikan daripadanya.Al-Mawahib al-laduniyyah, juz I hal 7 dstTentang kedudukan Abd al-Razzaq sebagai sandaran tentang hadith berkenaan dengan Nur Muhammad sebagai punca penciptaan segala, itu nampaknya tidak menjadi masalah, memandangkan antaranya al-Bukhari mengambil daripadanya 120 riwayat dan Muslim mengambil 400 riwayat. GF Haddad, “Light of the Full Moon”, dalam hubungan dengan Abd al-Razzaq, ada kenyataan dalam kitab Al-Risalah al-Mustatrafah li Bayan Mashhur Kutub al-Sunnah al-Musharrafah, karangan Maulana al-Imam al-Sayyid Muhammad Ja’far al-Kattani Maktab al-Kulliyat al-Azhariyyah-Qahiran, tanpa tarikh pada halaman 13 bahawa Musannaf Abi Bakr Abd al-Razzaq bin Humam bin Nafi’ al-Humairi meninggal tahun 211 Hijrah adalah lebih kecil daripada Musannaf ibn Abi Shaibah, disusun mengikut kiktab-kitab dan bab-bab. Dan Jami’ Abd al-Razzaq yang selain daripada Musannaf’ adalah kitab yang terkenal jami’ yang besar dan kebanyakan daripada hadith-hadithnya dikeluarkan oleh Syaikhan Bukhari dan Muslim dan empat imam hadith Dengan itu beliau menerima Abd al-Razzaq dengan baik sebagai dalam kitab Al-Shifa karangan Qadhi Iyad rahimahu’Llah, terdapat kenyataan dari Ibn Abbas rd. bahawa Nabi adalah ruhnya itu berada di sisi Allah sebelum Ia menjadikan Adam selama dua ribu tahun, bertasbih nur itu sebagai malaikat bertasbih; daripadanya dijadikan Adam Bila Adam dijadikan maka nur itu diletakkan pada sulbinya. Sabda nabi Kemudian Allah turunkan aku ke bumi dalam sulbi Adam, kemudian dijadikan aku dalam sulbi Nuh, sulbi Ibrahim, kemudian tidak berhenti-henti Allah memindahkan aku dari sulbi-aulbi mereka yang mulia-mulia dan rahim-rahim para wanita yang suci, sehinggalah Ia keluarkan daku dari kedua ibu bapaku, yang mereka itu tidak terkena kekejian sedikitpun. Yang menjadi saksi tentang sahihnya kisah dan khabar ini ialah sya’ir al-Abbas yang masyhur yang memuji Nabi Kitab al-Shifa, oleh Qadhi Iyad, I, hubungan dengan ayat yang bermaksud “dan mengetahui tentang gerak-geri engkau dalam kalangan mereka yang sujud”, kata ibn Abbas rd maknanya “dari seorang nabi kepada seorang nabi sehingga Aku keluarklan engkau sebagai nabi di zaman engkau dibangkitkan.” Qadi Iyad, al-Shifa, 15-16.Dalam hubungan dengan ayat yang bermaksud Allah adalah cahaya langit dan bumi, kata Ka’b al-Akhbar dan ibn Jubair maksud nur yang kedua itu, iaitu mithalan bagi nurnya, ialah Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam. Maka mithalan bagi nurnya ialah Nur Muhammad Ia di pertaruhkan ke dalam sulbi-sulbi para anbia seperti ceruk cahaya ka mishkat sifatnya sedemikian, dan lampu al-misbah adalah kalbunya, kaca al-zujajah ialah dadanya iaitu ia seumpama bintang kerana apa yang ada padanya terdiri daripada iman dan hikmah kebijaksanaan, yang dinyalakan daripada pokok yang diberkati, iaitu daripada Nur Ibrahim alaihis-salam; diumpamakan sebagai pokok yang diberkati; hampir-hampir minyaknya menyala iaitu hampir-hampir nubuwwah nabi Muhammad itu …nyata kepada manusia sebelum daripada kata-katanya, seumpama minyak…al-Shifa, dengan nur nabi ini dinyatakan dalam yang demikian itu ialah zahir tanda-tanda pada waktu kelahiran Nabi dan apa yang dikisahkan oleh bondanya dan apa yang ada pada wakltu itu yang ajib-ajib, bagaimana ia mengangkat kepalanya waktu kelahirannya memandang ke langit, dan ada yang bondanya lihat nur yang keluar sewaktu Baginda dilahirkan; juga apa yang dilihat oleh Umm Uthman ibn Abi al-As tentang bintang turun dan kemunculan nur sewaktu kelahiran Baginda sehingga sehingga tidak terlihat melainkan nur, dan kenyataan al-Shafa Umm Abd al-rahman bin Auf Bila keluar Rasulullah Rasulullah …ia mendengar suara Allah memberi Rahmat kepada anda dan cerah nyata bagiku antara Timur dan barat sehingga aku melihat istana-istana Rum” ibid.Dalam kitab al-Madkhal oleh ibn al-Hajj terdapat beberapa riwayat berkenaan dengan Nur Muhammad ini. Antaranya terdapat riwayat, iaitu Dinukilkan oleh al-Imam Abd al-Rahman al-Siqilli rahimahu’Llahu ta’ala dalam kitab al-dalalat baginya, yang lafaznya ialah Sesungguhnya Allah tidak menjadikan makhluk yang paling dicintai olehNya yang lebih lagi daripada umat ini; dan tidak ada yang lebih mulia lagi daripada nabinya salla’Llahu alaihi wa sallam; kemudian para nabi selepas daripadanya, kemudian siddiqin, kemudian para aulia yang terpilih. Dan berkaitan dengan demikian itu sesungguhnya Allah menjadikan Nur Muhammad salla’llahu alaihi wa sallam sebelum daripada dijadikan Adam selama dua ribu tahun, dijadikanNya dalam bentuk tiang di hadapan Arasynya ia bertasbih kepada Allah dan mentakdiskanNya; kemudian Ia menjadikan Adam alaihis-salatu was-salam, daripada Nur Muhammad dan dijadikanNya nur para nabi alaihimus-salatu wassalam daripada Nur Adam alaihis-salam, habis. al-Madkhal ibn dalam terdapat riwayatAl-Faqih al-Khatib Abu al-Rabi’ memberi isyarat dalam kitabnya Shifa’ al-Sudur’ kepada beberapa perkara yang hebat dan agung; antaranya apa yang diriwayat, iaitu bila Allah Yang Maha Bijaksana hendak menjadikan zat nabi salla’Llahu alaihi wa sallam yang diberkati dan such, Ia memerintah Jibril turun ke bumi dan membawa dengannya bumi yang menjadi jantung bagi bumi, dengan kegemilangannya dan nurnya…sampai kepada penciptaan nur Muhammad dan nur Muhammad itu bergemilang di belakang Adam, maka para malaikat berdiri di belakang Adam melihat nur Muhammad salla’llahu alaihi wa sallam …kemudian Adam memohon supaya nur itu diletakkan supaya ia sendiri boleh melihatnya, maka Allah menjadikan Adam boleh melihatnya…itu dengan isyarat la ilaha illa’llah’ Muhammadun Rasulu’Llah dan sembahyang dengan melihat kepada jari telunjuknya…kemudian nur itu diletakkan di dahi Adam kelihatan seperti matahari dalam pusingan falaknya atau bulan dalam masa penuhnya al-Madkhal ibn kitab yang sama disebut bagaimana perkara yang mula-mula dijadikan Allah ialah Nur Muhammad dan kemudian daripadanya dijadikan sekelian yang dengan Nur Muhammad ini terdapat kenyataan dalam kitab Hujjatu’Llah alal-Alamin fi Mu’jizati Sayyidil-Mursalin oleh Syaikh Yusuf al-Nabhani. KatanyaMaka tidak dikurniakan kemuliaan karamah’ dan kelebihan fadhilah’ kepada seseorang dari kalangan mereka iaitu dari kalangan anbia melainkan dikurniakan kepada Baginda salla’Llahu alaihi wa sallam yang sepertinya. Maka Adam alaihis-salam diberikan Allah kurnia, iaitu ia dijadikan Allah dengan TanganNya, maka Allah kurniakan pula kepada nabi Muhammad salla’llahu alaihi wa sallam pembukaan dadanya dan pengambilannya rapat denganNya dengan melapangkan dadanya bagi DiriNya dan dijadikan di dalamnya iman dan hikmah kebijaksanaan, dan ini akhlak nabawi; maka kurniaan kepada Adam khalq wujud baginya dan kepada nabi Muhammad dikurniakan akhlak nabawi walaupun maksud kejadian Adam adalah penciptaan nabi kita dalam sulbinya; maka penghulu kita Muhammad adalah maksudnya dan Adam alaihis salam adalah wasilah baginya, dan maksud mendahului wasilah. Adapun sujud malaikat kepada Adam kata Fakhr al-razi dalam tafsirnya ialah para malaikat itu diperintah sujud kepada Adam kerana ada Nur Muhammad pada dahinya. .Dalam al-Mustadrak oleh al-Hakim rh terdapat beberapa riwayat berkenaan dengan nur Baginda Antaranya ialahDiriwayatkan kepada kami oleh Ali bin Hamshad al-adl secara rencana imla, Harun bin Abbas al-hashimi meriwayatkan kepada kami, Jundul bin Waliq meriwayatkan kepada kami, seterusnya sampai kepada al-Abbas rd bahawa Baginda bersabda Allah mewahyukan kepada Isa alaihis-salam, wahai Isa, berimanlah engkau kepada Muhammad dan suruhlah sesiapa yang mendapatkan Baginda dari kalangan umatmu supaya beriman dengannya, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidak menjadikan Adam, kalaulah tidak kerana Muhammad tidak Aku jadikan Adam, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidak jadikan Syurga, dan Neraka, Aku jadikan Arash atas air, kemudian ia bergoncang, maka ditulis atasnya la ilaha illa’llah Muhammadun Rasulu’Llah, maka iapun tenang. Ini hadith sahih kata al-Hakim yang tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim. al-Mustadrak al-Hakim Maysarah al-Fakhr, katanya bahawa ia bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, bilakah tuan hamba menjadi nabi? Jawabnya walhal Adam masih antara roh dan jasad. Sahih Maisarah al-fakhr lagi, katanya bahawa ia bertanya kepada Baginda bila Baginda menjadi nabi. Jawabnya Sewaktu Adam masih antara roh dan j asad. Hadith sahih. Irbad bin Sariah katanya Aku mendengar Rasulullah berkata Sesungguhnya aku di sisi Allah pada awal Kitab khatam sekelian anbiya, walhal Adam terbujur dalam jasadnya, aku akan memberitahu kepada kamu takwilan tentang itu, aku adalah do’a bapaku Ibrahim, berita gembira saudaraku Isa kepada umatnya, dan aku pemandangan bondaku, yang ia lihat keluar daripadanya nur yang menjadikan terang baginya istana-istana di Syam. Sahih. dengan yang demikian ada riwayat daripada Khalid bin Ma’dan, dari beberapa Sahabat nabi bahawa mereka bertanya kepada Baginda Beritaku kepada kami berkenaan dengan tuan menjawab Aku doa bapaku Ibrahim, berita gembira Isa kepada umatnya tentang aku akan diutus, dsan bondaku melihat sewaktu aku dilahirkan keluar daripadanya nur yang menerangi baginya Busra, dan Busra adalah di negeri menyatakan Khalid ibn Ma’dan dari kalangan tabi’in yang sebaik-baiknya yang bersahabat dengan Mu’adh bin pada al-Hakim. kitab Jam’ al-Wasa’il fi Sharh al-Shama’il lit-Tirmidhi karangan Mulla Ali bin Sultan Muhammad al-Qari rh men. 1014 H. ada terdapat beberapa huraian, antaranyaTentang kenyataan dalam Shama’il Tirmidhi bahawa orang yang melihat nabi tanpa mengenalinya terlebih dahulu terasa sangat hebat, maka Mulla Ali al-Qari menghuraikan aspek kehebatan Baginda itu katanya kerana ada pada Baginda sifat jalal dan atasnya ada kehebatan dari sisi Tuhan dan limpahan kurnia dari alam samawi sifah al-jalal wa alaihi al-haibah al-ilahiyyah wal-fuyud al-samawiyyah. Jam’ al-wasa’il. hal. 28. Dan dalam kitab yang sama dalam kenyataan al-Shama’il bahawa Baginda itu lebih cantik daripada bulan –ahsan minal-qamar- beliau memberikan huraian katanya tentang nurnya zahir dalam ufuk-ufuk alam zahir dan alam anfus diri manusia dengan tambahan sifat-sifat kesempurnaan dalam bentuk rupa lahir dan ma’nawi, bahkan pada hakikatnya tiap-tiap nur dijadikan daripada nurnya ma’a ziyadah al-kamalat al-suwariyyah wal-ma’nawiyyah, bal fil-haqiqah kullu nurin khuliqa min nurih; dan dikatakan dalam hubungan dengan ayat bermaksud’Allah adalah cahaya langit dan bumi, dan misalan bagi nurnya-iaitu nur Muhammad- maka nur wajahnya – yang sejati, pada zatnya, tidak terpisah daripadanya sesaatpun malam dan siang, walhal nur bagi bulan muktasab, dipinjam daripada cahaya matahari sekali berkurang dan sekali terselindung. jam’ al-Wassa’il Sharah al-Shama’ huraian Shaikh al-Munawi rh tentang Baginda itu lebih cantik daripada bulan sebagaimana yang ternyata dalam kitab Shama’il al-Tirmidhi, beliau menyatakan itulah wajah Baginda pada sisi tiap-tiap orang; dan dalam riwayat ibn al-Jauzi dan lainnya dari Jabir juga pada mataku’ ganti bagi pada sisiku’ indi’; dalam riwayat Abu Nu’aim dari Abu Bakr adalah wajah Baginda itu seumpama pagar atau kandungan bulan daratul-qamar’ dan bagi riwayat Darimi dari al-Rabi’ binti al-Mu’awwidh katanya Aku melihatnya aku mel,ihat matahari sedang naik memancar. Dalam riwayat ibn al-Mubarak dan ibn al-jauzi dari ibn Abbas bahawa Baginda tidak ada bayang lam yakun lahu zill’, dan Baginda tidak berdiri dalam matahari melainkan cahaya Baginda mengatasi cahaya matahari, sebagaimana yang ada dalam Baijuri. Sharah al-Muhaddith al-Shaikh al-Munawi pada Shama’il Tirmidhi,I. halaman 47.Dalam huraian Shaikh al-Munawi lagi, dalam menghuraikan kata-kata bermaksud seperti cahaya keluar antara celah-celah gigi Baginda, katanya tidak perlu kepada kata seperti’ ka’ tambahan, seperti yang dilakukan oleh pensyarah Shama’il’, bagaimana demikian, kerana itu yang keluar di celah-celah gigi Baginda adalah nur hissi atau cahaya lahiriah, bukan maknawi, abstrak, dan kata beliau kalau tidak hissi maka bagaimana digunakan ru’iya-dilihat. Ertinya ia bukan ma’nawi. hubungan dengan kenyataan dalam al-Shasma’il bila nabi datang ke Madinah menjadi cerah tiap-tiap sesuatu ,kata Mulla Ali al-Qari iaitu menjadi cerah tiap-tiap juzuk dari kota Madinah dengan nur yang hissi-atau cahaya lahiriah yang dipandang dengan mata—atau juga cahaya ma’nawi kerana dengan masuknya Baginda maka ada cahaya hidayah yang am dan terangkat kerananya berbagai jenis kegelapan, dengan isyarah bahasa menunjukkan teramat sangat al-mubalaghah, yang tiap-tiap sesuatu dari alam ini mengambil cahaya dari Madinah pada hari itu. Ataupun pencerahan itu ialah kiasan bagi kesukaan yang amat sangat bagi para penduduk kota itu – serta dengan tidak mempedulikan dalam suasana itu kepada mereka yang berseteru dengan Baginda dan Islam. Beliau juga menyebut pendapat al-Tibbi yang memandang itu adalah cahaya secara hissi. Mulla Ali al-Qari, Sharah al-Shama’il al-Tirmidhi, syarah al-Munawi berkenaan dengan potongan yang sama dalam al-Shama’il Tirmidhi katanya Yang asah ialah maksudnya tiap-tiap juzuk daripada juzuk-juzuk kota Madinah itu menjadi cerah dengan cahaya secara hakikatnya bukan kiasan lagi bukan tajrid bukan secara abstrak lagi, bagaimana tidak, walhal Baginda itu zat dirinya pada keseluruhannya adalah cahaya wa qad kanat dhatuhu kullaha nuran maka Allah taala telah berfirman Telah datang kepada kamu dari Allah Nur dan Kitab yang nyata, maka Baginda adalah cahaya yang menjadikan cerah bagi sekelian alam, dan Baginda adalah lampu yang cerah mengeluarkan cahaya. Sharah al-Munawi atas al-Shama’il Tirmidhi, di tepi syharah Mulla Ali al-Qari, al-Mawahib al-Laduniyyah – Hashiyah Shama’il al-Tirmidhi karangan Shaikh Ibrahim al-Bajuri men. 1276 Hijrah terdapat beberapa kenyataan yang mencerahkan. Dalam hubungan dengan potongan yang bermaksud iaitu orang yang melihat Baginda secara badihah belum mengenalinya akan merasa hebat dengannya-iaitu melihat Baginda sebelum menilik kepada akhlaknya yang teramat tinggi dan hal dirinya yang teramat berharga, merasa gerun dengannya, kerana ada padanya sifat jalal atau kehebatan dari sisi Tuhan sifat al-jalal al-rabbaniyyah dan apa yang ada padanya dari kehebatan dari sisi Tuhan lima alaihi minal-haibah al-ilahiyyah.Kemudian beliau mengutip kata-kata dari ibn al-Qayyim Perbezaan antara kehebatan dan takabur pada seseorang insan ialah kehebatan itu adalah kesan daripada beberapa kesan yang banyak yang memenuhi kalbu orang itu kerana merasa kehebatan Allah bi azamati al-rabb dan kasih kepadaNya, serta merasa Ketinggian HebatNya wa ijlaliHi; maka bila hati seseorang penuh dengan yang demikian bertempatlah padanya nur, turunlah atasnya rasa ketenangan dan kebeningan al-sakinah, dan dipakaikanlah kepadanya selendang kehebatan; maka dengan yang demikian jadilah percakapannya nur, ilmunya nur, kalau ia diam, maka ada atas dirinya kehebatan dan keagungan al-waqar, dan bila ia berkata-kataIa menarik hati manusia dan pandangan mereka. Adapun sikap takabur itu adalah kesan daripada sekian banyak kesan yang memenuhi kalbu, daripada kejahilan, kezaliman, dan ujub atau heran kepada diri sendiri. Maka bila kalbu dipenuhi dengan yang demikian, terkeluarlah daripadanya kehambaan ubudiyyah dan turunlah ke atasnya kegelapan zulmat, sifat marah, maka berjalannya antara manusia dengan bongkak, mu’amalahnya dengan mereka secara takabur, tidak memulakan memberi salam kepada orang lain…dalam al-mawahib al-laduniyyah –hashiyah al-Shaikh Ibrahim al-Bajuri ala al-Shama’il al-Muhammadiyyah kitab yang sama dalam hubungan dengan potongan dalam al-shama’il yang bermaksud Adalah Baginda salla’llahu alaihi wa sallam bercahaya-cahaya wajahnya seumpama bercahayanya bulan sewaktu penuh purnama –lalatul-badr-iaitu malam kesempurnaannya, kerana Nabi menghapuskan kegelapan kufur sebagaimana bulan menghilangkan kegelapan malam, dan sesungguhnya datang riuwayat juga misalan Baginda seumpama matahari dengan memandang kepada matahari itu lebih lengkap dalam pencerahan kegimalangan cahayanya, dan pencerahan dengan cahayanya itu ada juga datang misalan Baginda seumpama kedua-duanya matahari dan juga bulan dengan memandang kepada keadaan Nabi menghimpunkan dalam dirinya tiap-tiap segi kesempurnaan, dan misal umpama itu adalah sekadar untuk mendekatkaqn kepada faham, kalau tidak tidak ada apa-apa yang menyamai Baginda dalam gambaran teks yang sama hal. 24 dalam hubungan dengan kenyataan Jabir bahawa ia melihat Rasulullah pada malam bulan penuh purnama —aku melihat kepada Baginda dan kepada bulan padaku Baginda lebih cantik daripada bulan.ahsan minal-qamar, kata al-BaijuriYang demikian itu adalah pada tiap-tiap orang yang melihat Baginda Hanyasanya Baginda itu lebih cantik kerana nurnya mengatasi nur bulan li’anna dau’ahu yaghlibu ala dau’I al-qamar, bahkan mengatasi cahaya matahari bal wa ala dauy’i al-shamsi; bahkan dalam satu riwayat ibn Mubarak dan ibn al-Jauzi Baginda itu tidak ada bayang, dan bila Baginda berdiri dalam sinaran cahaya matahari maka cahayanya mengatasi cahaya matahari, dan bila ia berdiri dalam cahaya lampu maka cahayanya mengatasi cahaya lampu itu. ghalaba dau’uhu ala dau’i al-siraj.Dan berkenaan dengan cahaya yang keluar di celah-celah gigi Nabi al-Baijuri menafsirkan bahjawa itu cahaya hissi bukan hanya ma’nawi, sebab kalimah ru’iya itu merujuk kepada melihat. ibid. hal. 27.Dan dalam hubungan dengan kenyataan kota Madinah cerah dengan cahaya dengan kedatangan nabi beliau memahaminya cahaya yang hissi selain daripada yang ma’nawinya. ibid. hubungan dengan hadith yang kuat sandarannya dalam Tirmidhi berkenaan dengan Allah mengenakan cahayanya atas sekelian makhluk, dan yang mengenanya dan yang tidak mengenannya ialah seperti berikutحَدَّثَنَا ‏ ‏الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ ‏ ‏حَدَّثَنَا ‏ ‏إِسْمَعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏يَحْيَى بْنِ أَبِي عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ ‏ ‏عَنْ ‏ ‏عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الدَّيْلَمِيِّ ‏ ‏قَال سَمِعْتُ ‏ ‏عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو ‏ ‏يَقُولُ ‏‏سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‏ ‏يَقُولُ ‏ ‏إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ خَلْقَهُ فِي ظُلْمَةٍفَأَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُورِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ مِنْ ذَلِكَ النُّورِ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ فَلِذَلِكَ أَقُولُ جَفَّ الْقَلَمُ عَلَى عِلْمِ اللَّهِ‏قَالَ ‏ ‏أَبُو عِيسَى ‏ ‏هَذَا ‏ ‏حَدِيثٌ حَسَنٌDiriwayatkan kepada kami oleh al-Hasan bin Arafah, Isma’il bin Iyash meriwayatkan kepada kami dari Yahya bin Abi Amru al-Syaibani, dari Abdullah bin al-Dailami, katanya Aku mendengar Abdullah bin Amru berkata Aku mendengar Rasulullah salla’Llahu alaihi wa sallam bersabda Sesungguhnya Allah Azza wa jalla menjadikan sekelian makhluk dalam zulmah, kemudian Ia melemparkan ke atas mereka daripada NurNya, maka sesiapa yang terkena daripada Nur itu dia mendapat hidayat dan sesiapa yang tidak terkena Nur itu atasnya ia itu maka aku berkata Qalam sudah kering atas Ilmu Abu Isa Tirmidhi hadith hasan. ini ialah berkenaan dengan takdir Ilahi tentang taraf-taraf makhluk mendapat cahaya-nur- dari Tuhan dalam kehidupannya dan agamanya. Dengan ini maka boleh difahamkan bahawa hidup mukminin adalah berdasarkan hakikat cahayanya, dan Nabi adalah mukmin yang pertama sekali yang mendapat bahagian cahaya itu, dan ia melebihi orang lain dengan sifatnya sebagai cahaya- termasuklah melebihi walaupun malaikat yang terjadi daripada cahaya. Maka Nabi adalah makhluk pertama yang mendapat cahaya itu melebihi para malaikat dan kitab Al-Anwar al-Muhammadiyyah mkin al-Mawahib al-laduniyyah karangan Syaikh Yusuf bin Ismai’l al-Nabhani Dar al-Fikr, tanpa tarik disebut oleh beliau beberapa maklumat berkenaan dengan Nur Muhammad. Antaranya ialah seperti berikutMaksud yang pertama dalam Kitab al-Anwar al-Muhammadiyyah… Ketahuilah bahawa bilamana berhubung Iradat Allah Taala bagi mengadakan makhlukNya maka Ia menzahirkan Hakikat Muhammadiyyah dari anwarNya dengan Qudrat dan IradatNya-UEM kemudian Ia menimbulkan daripada nur itu alam-alam semuanya, alam tingginya dan alam rendahnya, kemudian Ia memasyhurkan kenabian Baginda walhal Adam belum ada lagi, melainkan sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda salla’llahu alaihi wa sallam-ia adalah antara roh dan jasad yakni belum ada lagi, kemudian terpancarlah daripada Baginda yaitu nurnya itu-UEM para arwah , maka ia adalah dari jenis yang tinggi mengatasi semua jenis, dan ia adalah bapa akbar punca terbesar bagi sekelian yang wujud al-ab al-akbar li-jami’ al-maujudat;dan bila habis edaran masa dengan Nama yang Batin pada haknya salla’Llahu alaihi wa sallam bagi berpindah kepada wujud jasadnya dan pertambatan roh dengannya, berpindahlah hukum zaman itu kepada Nama yang Zahir, maka zahirlah Muhammad salla’Llah u alaihi wa sallam dengan keseluruhan dirinya dan hakikatnya, dengan jisim dan rohnya sekali. Maka makna yang sedemikian itu boleh terdapat dalam riwayat Sahih Imam Muslim, bahawasanya Baginda bersabda Sesungguhnya Allah Taala memaktubkan takdir sekelian makhluk maqadir al-khalq sebelum dijadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun melambangkan masa yang terlalu amat lama yang tidak boleh ditentukan oleh manusia-UEM dan ArashNya berada di atas air. Dan termasuk ke dalam jumlah yang termaktub demikian itu ialah bahawa Nabi Muhammad adalah khatam al-Nabiyyin. Maka dalam hubungan dengan hakikat yang sedemikian itulah ada riwayat-UEM dari al-Irbad bin Sariyah dari Nabi salla’Llahu alaihi wa sallam bahawa Baginda bersabda Sesungguhnya aku di Sisi Allah adalah khatam sekelian para nabi walhal Adam masih terbujur dalam jasadnya, terbujur jasaadnya, belum tertiup roh padanya. Dan ada riwayat hadith dari Maisarah al-Dabbi katanya Aku bertanya kepada Baginda Wahai Rasulullah, bilakah tuanhamba menjadi nabi? Jawabnya Sewaktu Adam masih antara roh dan jasad. hal. 9Dalam Sahih Muslim dari Nabi salla’Llahu alaihi wa sallam bahawa Baginda bersabda Sesungguhnya Allah azza wa jalla memaktubkan takdir sekelian makhluk sebelum dijadikan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun dan ArashNya berada di atas air, dan termasuk ke dalam jumlah yang termaktub dalam Ibu Kitab ialah bahawa Nabi Muhammad adalah khatam sekelian anbia. ibid. dari al-Irbad bin Sariyah dari Nabi salla’Llahu alaihi wa sallam sabdanya Sesungguhnya aku di sisi Allah adalah khatam anbiya’ walhal Adam terbujur dalam jasadnya iaitu terbujur sebelum ditiupkan roh padanya. ibid. hal. 9-10.Hadith-hadith yang menunjukkan kedudukan hakiki dan kelebihan nabi salla’Llahu alaihi wa sallam juga dibicarakan oleh al-Imam Suyuti men. 911 Hijrah dalam kitabnya al-Hawi lil-Fatawi, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1421/2000 dalam jilid 2 dan seterusnya. Beliau menulis antaranyaHadith dari Saidina Umar bin al-Khattab, Anas, Jabir, ibn Abbas, ibn Umar, Abi Darda’, Abu Hurairan dan lainnya meriwayatkan bahawa nabi salla’Llahu alaihi wa sallam memberitahu yang Baginda itu tertulis namanya atas Arash dan tiap-tiap langit, dan tiap-tiap pintu Syurga, atas daun-daun Syurga la ilaha illa’Llah Muhammadun Rasulullah’ Dan tidak termaktub yang demikian itu dalam alam malakut melainkan atas daripada nama-nama anbia lainnya [dan itu tidak lain] melainkan untuk para malaikat menyaksikannya dan [untuk mereka mengetahui] hal keadaan Baginda diutus kepada mereka[ juga selain daripada diutus kepada manusia].Dan ibn Asakir mengeluarkan riwayat daripada Ka’b al-Ahbar bahawa Adammemberi wasiat kepada anaknya Syith katanya Tiap-tiap kali kamu berzikir menyebut nama Allah maka sebutkan juga dengannya nama Muhammad; sesungguhnya aku melihat nama Baginda itu termaktub atas tiang Arash walhal aku di antara ruh dan jasad, kemudian aku mengerling lihat lalu aku dapati tidak ada mana-mana tempat di langit melainkan tertulis padanya nama Muhammad. Dan aku tidak melihat dalam Syurga sebuah istana dan bilik melainkan tertulis padanya nama Muhammad, dan aku melihat namanya tertulis atas leher bidadari… hal 136-137 al-Hawi.Imam al-Suyuti seterusnya menyatakan seperti berikutDan al-Subki menyatakan dalam kitab karangannya bahawa Baginda salla’Llahu alaihi wa sallam diutus kepada sekelian anbia –Adam dan nabi-nabi kemudiannya, bahawa Baginda salla’Llahu alaihi wa sallam adalah nabi bagi mereka dan Rasul atas mereka semuanya, dan boleh diambil dalil tentang yang demikian itu daripada hadith nabi salla’Llahu alaihi wa sallam Aku sudah nabi walhal Adam [masih] antara ruh dan jasad’ dan hadithnya Aku dibangkitkan kepada umat manusia seluruhnya’ bu’ithtu ilan-nas kaffatan’. Katanya [yakni kata al-Subki] Dan kerana ini Allah mengambil janji atas semua nabi-nabi untuk nabi Muhammad, seperti dalam firman Allah [bermaksud] Dan Allah mengambil perjanjian …adakah kamu berikrar dan mengambil sebagai perjanjian denganKu, mereka berkata kami berikrar, firmanNya Saksikanlah, Aku bersama kamu sebagai saksi’ [Ali Imam al-Suyuti] Dikeluarkan hadith oleh ibn Abi Hatim dari al-Suddi tentang ayat itu, katanya Tidak dibangkit seseorang nabi mulai dari Adam melainkan Allah mengambil janjinya supaya ia benar-benar beriman dengan Muhammad .Dan ibn Asakir mengeluarkan hadith dari ibn Abbas, katanya Terus-menerus Allah mengutamakan dan mendahulukan nabiu Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam sampai kepada Adam dan nabi-nabi selepas daripadanya … al-Hakim mengeluarkan hadith dari ibn Abbas katanya Allah mewahyukan kepada Isa Berimanlah engkau den gan Muhammad dan suruhlah sesiapa yang bertemu dengan Baginda itu dari umatmu supaya beriman dengannya, kalaulah tidak kerana Muhammad Aku tidak jadikan Adam, Syurga, dan al-Subki Kita tahu melalui khabar [hadith] yang sahih hasilnya kesempurnaan –sebelum Adam dijadikan lagi- bagi nabi kita Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallam dari sisi Tuhannya, dan Tuhan telah kurniakan kmepada Baginda itu nubuwwah dari waktu itu lagi [waktu Adam pun belum ada], kemudian Allah mengambil dari para nabi ikut janji untuk beriman dengan Muhammad, untuk memberitahu kepada mereka bahawa bagfinda itu terdahulu dean terkedepan daripada mereka, dan Baginda itu nabi dan rasul bagi mereka, dan pada makna mengambil janji itu ada makna istikhlaf [yakni para nabi lain itu bertindak atas nama Muhammad], kerana itu masuklah di dalamnya [dalam kata-kata tentangnya] lam al-qasam dalam latu’minunna bihi’ dan wa latansurunnahu’ [maknanya kamu benar-benar beriman dengannya dan kamu benar-benar menolongnya bila sampai masanya]. Imam al-Suyuti seterusnya menyebut tentang kelebihan nabi diambil janji untuknya, bagaimana nabi-nabi lain menjadi makmum sembahyang di belakangnya pada malam Isra’ Mi’raj, kemudian bagaimana nabi ada dua wazir di langit Jibril dan Mika’il, dan di bumi dua, iaitu Abu Bakar dan Umar, berdasarkan hadith yang dikeluarkan oleh ibn al-Mundhir, ibn Abi Hatim, al-tabarani, ibn Marduyah, dan Abu Nu’aim dalam al-Dala’il’.Pada tahap ini penulis ingin menukilkan catatan Dr GF Haddad dalam artikelnya “The Light of Muhammad” dalam dan dalam artikelnya “The First Thing that Allah created was my nur” dalam para ulama yang disebut oleh beliau yang membicarakan soal Nur Muhammad ialahQadi Iyad yang terkenal dengan kitab al-Shifanya,Imam al-Suyuti dalam Tafsir JalalainnyaFiruzabadi dalam Tanwir al-Miqbasnya atau tafsir ibn AbbasnyaImam Fakhru’d-Din al-Razi, mujaddid abad ke 6 Hijrah, dengan Tafsir al-KabirnyaQadi al-Baidawi dengan Tafsir al-BaidawinyaAl-Baghwi dengan Ma’alim al-TanzilnyaPengarang tafsir Abi Su’ud dengan huraiannyaAl-Tabari dengan Tafsir at-tabarinyaPengarang Tafsir al-Khazin dengan huraiannyaAl-Nasafi dengan Tafsir al-MadariknyaAl-Sawi dengan syarahnya atas al-jalalainAl-Alusi dengan Ruh al-ma’aninyaIsmail Haqqi dengan syarahnya atas Tafsir Ruh al-Ma’aniAl-Qari dengan Sharah al-ShifanyaSuyuti dengan al-Riyad al-AniqanyaIbn Kathir dengan TafsirnyaQadi Iyad dengan al-ShifanyaAl-Nisaburi dengan tafsirnya Ghara’ib al-Qur’anAl-Zarqani dengan Sharah al-mawahib al-laduniyyahnyaIbn Hajar dengan al-IsabahnyaTirmidhi dengan SunannyaBaihaqi dengan Daala’il al-NubuwwahnyaIbn Hajar Haitami dengan D ala’il al-NubuwwahnyaBukhari, Muslim dan Imam Ahmad dengan kitab hadith mereka masing-masing yang memberi gambaran tentang nabi dengan al-MustadraknyaIbn Kathir dengan Tafsirnya dan Maulid Rasul AllahnyaIbn Ishaq dengan SirahnyaDhahabio dengan Mizan al-I’tidalnyaAl-Tabari dengan al-Riyad al-NadiranyaAl-Shahrastani dengan al-Milal wan-NihalnyaAbd al-Haq al-Dihlawi dengan Madarij al-Nubuwwahnya dalam Bahasa ParsiAbd al-Hayy al-Lucknowi dengan al-Athar al-marfu’ fi al-akhbar al-maudu’anyaAbd al-Razzaq dengan MusnadnyaAbidin Ahmad al-Shami H. dengan komentarnya atas syair ibn Hajar al-Haitami al-Ni’;matul-Kubra alal-AlaminAl-Ajluni Isma’il bin Muhammad, dengan Kashf al-Khafa’nyaBakri Sayyoid Abu al-hasan Ahmad ibn Abd Allah ke3 H dengan al-Anwar fi Maulid al-Nabi Muhammad salla’Llahu alaihi wa sallamnyaDiyarbakri Husain bin Muhammad, meninggal 966 H. yang memulakan kitabnya Tarikh al-Khamis fi Ahwal Anfasi Nafisa dengan kata-kata Segala puji-pujian tertentu bagi Allah yang menjadikan cahaya nabiNya sebelum daripada segala sesuatu…”Fasi Muhammad ibn Ahmad H. dengan kitabnya Matali’ al-MasarratShaikh Abd al-Qadir al-Jilani H. dengan kitabnya Sirr al-Asrar fi Ma Yuhtahu ilaihi al-Abrar edisi Lahore yang menyatakan Ia memberi dalil bahawa Baginda adalah punca bagi segala sesuatu yang maujud, dan Allah Maha Ismail, menukil hadith itu dalam tafsirnya Ruh al-BayanIbn Hajar al-Haitami H dengan Fatawa HadithiyyahnyaSyaikh Ismail al-Dihlawi H dengan risalahnya Yek Rauzah di mana beliau menyatakan Sebagaimana yang diisyaratkan oleh riwayat perkara yang awal dijadikan Allah adalah al-Jamal H yang menukil hadith tentang nur Muhammad awal-awal dijadikan Allah, dalam syarahnya ke atas al-Busiri berjudul al-Futuhat al-Ahmadiyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah.Abd al-Qadir al-Jili dengan Namus al-A’zam wa al-Aqdam fi Ma’rifat Qadar al-Bani sallka’lahu alaihi wa sallam menyebut hadith nur Umar bin Ahmad, dalam syarahnya terhadap al-Busiri al-Hasani Muhammad ibn Alawi menyebutnya dalam syarahnya terhadap kitab al-Qari Hasyiyah Al-Maurid al-Rawi fi Maulid al-Nabi. Pada halaman 40 beliau menyatakan “Sanad Jabir adalah sahih tanpa pertikaian, tetapi ulama berbeza pendapat tentang teksnya kerana khususiahnya, Baihaqi juga meriwayatkan hadith itu dengan beberapa kelainan.”MUHAMMAD UTHMAN EL-MUHAMMADY UEM, KONSEP NUR MUHAMMAD DI DUNIA MELAYU DALAM KONTEKS WACANA SUNNI, antara teks-teks yang disebut oleh beliau dalam antara yang terlintas pada penulis yang kurang pengetahuan ini untuk menukilkan riwayat-riwayat dari punca-punca para ulama yang muktabar dalam umat ini untuk kefahaman dan pegangan bersama. Mudah-mudahan kita semua mendapat rahmat dan barakah ya Rabbal- Taaradh itu menyatakan Fardhu dan yang sebenar benarnya Fardhu itu Sifat Zat Allah Ta'ala yaitu Nur Muhammad namanya atau Ta'yun awal ujud Muhammad tempatnya tajalli segala Roh Manusia itulah Nur Muhammad. Apa sebab Sholat itu dikerjakan ada malam dan ada karenakan Nor itu ada dua, yaitu Nur Allah dan Nur Muhammad. Al-Hallaj's expression which says "Ana al-Haq" I am the Truth is interpreted by scholars as something that is very far from the lines of monotheism. The negative view of the fiqh scholars towards the misguided thought of Al-Hallaj is not appropriate, because of their lack of understanding of the nature of Sufism, especially the problem of dzuq and wijdan. The concepts of Hulul, Nur Muhammad and Wihdatul Adyan are the philosophical concepts of al-Hallaj which are the result of his contemplation of science and the circumstances of the surrounding community which are considered too holding onto things beyond the essence of human obligations as servants of God. Most fiqhi groups disbelieve in it, arguing that it is said that humans are united with God. However, there are also many scholars who accept it and defend the thoughts of Al-Hallaj. Imam Al-Hallaj's words are the basis of Dzuq and are in a state of being sick or drunk with God's love. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam Volume 2, Number 2, Oktober 2021 e-ISSN 2723-0422 This work is licensed under a Creative Commons Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Budi Handoyo STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh handoyobudi67 AbstractAl-Hallaj's expression which says "Ana al-Haq" I am the Truth is interpreted by scholars as something that is very far from the lines of monotheism. The negative view of the fiqh scholars towards the misguided thought of Al-Hallaj is not appropriate, because of their lack of understanding of the nature of Sufism, especially the problem of dzuq and wijdan. The concepts of Hulul, Nur Muhammad and Wihdatul Adyan are the philosophical concepts of al-Hallaj which are the result of his contemplation of science and the circumstances of the surrounding community which are considered too holding onto things beyond the essence of human obligations as servants of God. Most fiqhi groups disbelieve in it, arguing that it is said that humans are united with God. However, there are also many scholars who accept it and defend the thoughts of Al-Hallaj. Imam Al-Hallaj's words are the basis of Dzuq and are in a state of being sick or drunk with God's love Keywords Controversial, Tasawuf , The Principles, Of The Teachings, Of Sheikh Mansur Al-Hallaj. Abstrak Ungkapan al-Hallaj yang mengatakan ‚Ana al-Haq‛ Akulah Yang Maha Benar ditafsirkan para ulama sebagai sesuatu yang sangat jauh keluar dari garis-garis ketauhidan. Pandangan negatif ulama-ulama fikih terhadap pemikiran Al-Hallaj yang sesat itu tidak tepat, karena ketidak fahaman mereka terhadap hakikat tasawuf terutama masalah dzuq dan wijdan Sehingga polemik pemikiran ini berakhir ditiang gantungan sebagai eksekusi terhadap al-Hallaj. Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 tentang keilmuan dan keadaan masyarakat di sekitarnya yang dinilai terlalu memegangi hal-hal di luar esensi kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan. Kebanyakan kelompok fiqhi mengkafirkannya, dengan alasan bahwa mengatakan bahwa dari manusia bersatu dengan Tuhan. Akan tetapi banyak pula ulama yang menerimanya dan membela pemikiran Al-Hallaj. Perkataan Imam Al-Hallaj adalah dasar Dzuq dan dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan..Kata Kunci Tasawuf , Kontroversial, Prinsip-Prinsip, Ajaran , dan Syaikh Mansur Al-Hallaj. Pendahuluan Pembahasan yang berhubungan dengan tasawuf sampai detik ini masih menjadi isu yang sangat menarik untuk didiskusikan, karena tasawuf merupakan pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dari pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan hal duniawi. Banyak yang menjelaskan bahwa banyak tokoh-tokoh Sufi yang wafatnya dibunuh karena ajaran-ajarannya dianggap kontradiktif. Oleh karena itu, hal ini menjadikan pembahasan tasawuf menarik untuk selalu didiskusikan. Pada abad ke-3 pertumbuhan tasawuf tidak dapat dilepaskan dari seorang sufi yang sangat luar biasa. Seperti tokoh Sufi yang satu ini, beliau sudah tidak asing lagi, Beliau juga disebut sebagai pelopor ajaran Al-Hulul, dan dapat dikatakan juga bahwasanya Al-Hallaj pada zamannya nya menjadi Puncak perkembangan kaum Sufi pada zaman itu. Akan tetapi, Al-Hallaj dipandang telah merusak pokok-pokok kepercayaan Islam oleh ulama-ulama, karena dianggap telah membuat kontroversi dunia fiqih dengan ajarannya. Sejak saat itu, beliau terkenal dengan kesyahidannya karena ajaran sesatnya. Pandangan negatif ulama-ulama fikih terhadap pemikiran Al-Hallaj yang sesat itu tidak tepat, karena ketidak fahaman mereka terhadap hakikat tasawuf terutama masalah dzuq dan wijdan Al-Hallaj tasawuf membcirakan soal dzuq [rasa] dan pengamalan bathin seseorang yang tak dapat diterima oleh akal logika. Atau di karenakan kodisi politik pemerintahan Daulah Islamiyah, pada masa itu yang tidak stabil karena fitnah kelompok-kelompok muktazilah, dan Jabariyah. Ungkapan al-Hallaj yang mengatakan ‚Ana al-Haq‛ Akulah Yang Maha Benar ditafsirkan para ulama sebagai sesuatu yang sangat jauh keluar dari garis-garis ketauhidan. Sehingga polemik pemikiran ini berakhir ditiang Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 gantungan sebagai eksekusi terhadap al-Hallaj. Di kalangan cendekiawan dan pemikir Islam timbul ikhtilaf tentang substansi dari perkataan al-Hallaj. Sebagian berasumsi bahwa ungkapan al-Hallaj tersebut adalah ajaran yang keluar dari ajaran Islam bid’ah. Sebab, mustahil manusia dapat bersatu dengan Allah hulul. Al-Haq Yang Maha Benar adalah salah satu nama Allah. Ketika al-Hallaj berkata,‚Ana al-Haq,‛ berarti dia telah menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Inilah yang kemudian dianggap oleh penguasa Abbasiyah ketika itu sebagai justifikasi untuk menjatuhkan hukuman gantung kepada al-Hallaj yang dianggap telah murtad. Maka dalam tulisan ini akam dibahas beberapa pendapat-pendapat ulama yang membela dan menjelaskan hakikat dari perkataan Al-Hallaj. Pembahasan Riwayat Hidup Al-Hallaj Nama lengkap tokoh sufi legendaris ini adalah Abu al-Mughits al-Husain Bin Mansur bin Muhammad al-Baidhawi, tetapi kemudian lebih dikenal sebagai Al-Hallaj. Ia lahir pada tahun 244 H/ 858 M di Thur, salah satu desa sebelah Timur Laut Baidha’ di Persia, di mana Sibawaih pernah di lahirkan. Kakeknya, Muhammad, adalah seorang Majusi sebelum masuk Islam. Namun riwayat ini kurang begitu kuat. Adapun yang banyak di pegangi oleh ahli sejarah Sufi adalah yang menyatakan bahwa ia keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah. Dia mulai dewasa di kota Wasit, dekat Bagdad. Dan ketika berusia 16 tahun yaitu tahun 260 H/ 873 M, dia pergi belajar pada seorang sufi besar dan terkenal, yaitu Sahl ibn Abdullah al-Tusturi di negeri Ahwaz selama dua tahun. Setelah belajar dengan Tusturi, dia berangkat ke Basrah dan belajar kepada sufi Amr al-Makki, dan di tahun 264 H/878 M dia masuk ke kota Bagdad dan belajar kepada Al-Junaid. Untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya dalam ilmu Tasawuf. Dia pun mengembara dari satu negeri ke negeri yang lain. Dikatakan, bahwa di pernah berkunjung ke Mekah tiga kali. Ketika tiba di Mekah untuk pertama kalinya tahun 879 M, dia mencoba mencari jalan sendiri untuk bersatu dengan Tuhan. Namun setelah dia menemukan jalannya sendiri dan disampaikannya kepada orang lain, justru dianggap gila, malah di ancam oleh penguasa Mekah untuk di bunuh. Oleh Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 karena itu dia meninggalkan kota tersebut setelah bermukin di sana sekitar setahun dan kembali ke Bagdad. Al-Hallaj pulang ke Bagdad untuk menemui gurunya Al-Junaid yang kedua kali. Pertemuan ini tidaklah membawa kegembiraan di karenakan ada perbedaan mengenai ittihad dan hulul antara manusia dan Tuhan. Akibatnya hubungan antara guru dengan muridnya agak renggang, tetapi Al-Hallaj pada saat itu sudah menjadi tokoh sufi yang luar biasa yang di segani dan banyak pengikutnya. Al-Hallaj selalu hidup berpindah-pindah dalam pengembaraannya yang sangat panjang. Dalam perjalanannya ini ia pernah tinggal di daerah Turstur, Khurasan, Sijistan, Karman, belakang sungai Persia, Ahwas, Bashrah dan Baghdad. Pandangan-pandangan tasawuf yang agak ganjil sebagaimana akan di kemukakan di bawah ini menyebabkan seorang fikih bernama ibnu Daud al-Isfahani mengeluarkan fatwa untuk membantah dan memberantas fahamnya. Al-Isfahani dikenal sebagai ulama fikih penganut mazhab Zahiri, suatu mazhab yang mementingkan zahir nas belaka. Fatwa yang menyesatkan yang dikeluarkan oleh Ibnu Daud itu sangat besar pengaruhnya terhadap diri Al-Hallaj, sehingga Al-Hallaj di tangkap dan di penjara. Tetapi setelah satu tahun dalam penjara dia dapat meloloskan diri berkat bantuan seorang sipir penjara. Ia melarikan diri ke Sus, kawasa Ahwas, dan bersembunyi selama empat tahun. Pada tahun 301 H/ 903 M ia kembali ditangkap dan di penjara selama 8 tahun, namun tetap tidak menggoyahkan pendiriannya. Oleh karenanya, pada tahun 309 H/903 M diadakan persidangan ulama di bawah kerajaan Bani Abbas masa pemerintahan al-Muktadirbillah. Tanggal 18 Dzulkaidah 309 H, jatuhlah hukuman kepadanya. Dia dihukum bunuh dengan terlebih dahulu dicambuk, lalu disalib, kemudian dipotong kedua tangan dan kakinya, dipenggal lehernya, kemudian potongan-potongan tubuh itu dibiarkan beberapa hari, baru kemudian di bakar, serta abunya dihanyutkan di sungai Dajlah. Pada riwayat lain disebutkan bahwa saat digantung ia dipecut 1000 kali tanpa mengeluh, lalu tangan dan kakinya dipotong juga tanpa mengeluh, serta kepalanya dipancung. Namun, sebelumnya sempat salat sunnah dua rakaat dengan sajadah al-Syibli. Badannya kemudian digulung tikar bambu, direndamkan ke Naftah dan di bakar. Abunya dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke Khurasan untuk selanjutnya dipersaksikan oleh umat Islam disana. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Muhammad Ghallab menyatakan bahwa Al-Hallaj dinaikkan oleh para algojo ke atas menara yang tinggi, di kerumuni oleh orang banyak, termasuk para murid dan pengikut setianya. Saat itu, di mana orang banyak di perintahkan untuk melempari dengan batu, dia selalu mengulang-ulang kalimat yang membawaya ke hukuman mati, yakni ‚Ana al-Haqq‛. Ketika disuruh untuk membaca syahadat, dia berteriak, ‚Sesungguhnya wujud Allah itu telah jelas, tidak membutuhkan penguat semacam syahadat‛. Menurut Ghallab, kalimat ini merupakan pengulangan terhadap kalimat yang pernah diucapkan oleh Al-Syibli. Dia menerima semua hukuman yang kejam itu dengan senyuman, termasuk ketika para algojo memotong lidah dan menukil kedua matanya. Pada saat itu, justru dia berisyarat memintakan ampun bagi para algojo serta para pembantunya dengan pernyataan doanya yang terkenal, ‚Mereka semua adalah hamba-Mu, mereka berkumpul untuk membunuhku, karena ke fanatik terhadap agama-Mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Maka, ampunilah mereka. Andaikata Kau singkapkan kepada mereka apa yang Kau singkapkan kepadaku, niscaya mereka tidak melakukan apa yang mereka lakukan‛. Pada waktu hendak di pancung di tempat penyulaannya, kelihatan benar imannya yang kokoh terhadap Tuhan, kelihatan benar keyakinannya yang membantu terhadap ajaranya. Tatkala pedang diletakkan dimukannya dan darah mengalir, seorang murid ditengah-tengah orang banyak berteriak mengatakan mukanya berdarah tetapi ia menjawab, itu bukan darah tapi ai wudlu’. Tangan dan kakinya di potong, ia tenang dan sabar, tidak mengeluh dan mengadu kesakitan dan tidak mengatakan sepatah katapun. Sampai keempat-empat anggota badannya diceraikan, tak ada kata kesakitan pun keluar dari mulutnya. Kemudian barulah kepada di tundukkan untuk dipersembahkan kepada Tuhan, yang pada akhirnya dipisahkan dari badannya oleh algojo kerajaan yang menjalankan hukuman mati atas dirinya. Badannya dibakar dan abunya dilemparkan kedalam sungai Dijlah. Hilang Al-Hallaj dari Bagdad dan lenyap jasadnya dari muka bumi ! Tetapi apakah Al-Hallaj karena itu sudah mati ? Tidak ! Ia hidup, ia mulai hidup, karena baginya permulaan hidup. Masalah Al-Hallaj di hukum mati memang di sepakati bersama, namun mengenai sebab-sebabnya hukuman masih sekarang menjadi kontroversial. Kebanyakan orang mengemukakan bahwa sebab-sebab hukumannya Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 dilaksanakan di karenakan ada perbedaan pemahaman dengan ulama fikih yang di lindungi oleh pemerintah, maka dengan argumen ini masih bisa di pertanyakan. Orang yang menanyakan hukuman yang di berikan oleh Al-Hallaj jika di karenakan perbedaan pemahaman yang di anut oleh ulama fikih, mengapa tidak terjadi dengan tokoh sufi yang pemahamannya hampir sama dengan Al-Hallaj seperti Zun al-Nun al-Misri, Ibnu Arabi dan yang lainnya. Versi lain yang diberikan oleh Harun Nasution nampaknya pertu dipertimbangkan. Menurutnya Al-Hallaj dituduh punya hubungan dengan gerakan Qaramitah, yaitu sekte Syiah yang dibentuk oleh Hamdan ibn Qarmat di akhir abad IX M. Sekte ini mempunyai paham komunis harta benda dan perempuan terdiri dari kaum petani milik bersama mengadakan teror, yang menyerang Mekkah di tahun 930 M. Merampas Hajar Aswad yang di kembalikan oleh kaum Fatimi di tahun 951 M dan menentang pemerintahan Bani Abbas, mulai abad X sampai XI M. Jika dituduh ini memang benar adanya, Al-Hallaj secara politis dan ideologis memang salah dan patut dihukum, tapi jika hal itu hanya tuduhan belaka, maka masalahnya jadi lain. Siapakah yang benar di antara mereka, apakah Al-Hallaj yang di hukum, pengadilan akhiratlah yang kelak mengadili mereka secara bijaksana dan objektif. Abdul Halim Mahmud dalam kitabnya al-Tasawuf fi al-Islam memukakan bahwa Al-Hallaj adalah orang yang sangat mencintai ahl al-bayt Nabi, sehingga hal ini agak mengguncangkan penguasa Bani Abas. Apalagi bahwa Al-Hallaj saat itu menjadi daya tari yang tidak ada tandingannya, ke mana pun pergi, orang selalu berkerumun, dan selalu mengikuti langkah untuk mendengarkan penceramah-penceramahnya. Karena, demi keamanan dan kestabialn negara, penguasa mewajibkan rakyat untuk mewaspadai Tasawuf Al-Hallaj Salah satu tokoh Tasawuf yang kontroversial abad ke 3 Hijriyan adalah Syaikh Al-Hallaj sebagian besar para pakar menggolonggakan Al-Hallaj sebagai tokoh tasauwf falsafah. Didalam studi ilmu ada istilah pembagian tasawuf akhlak, tasawuf Amali dan tasawuf falsafi. Maka dari ketiga pembagian tasawuf ini sebenarnya tidak benar. Tidak ada namanya tasawuf Pemikiran Tasawuf Falsafi Abu Mansyur Al-Hallaj. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 akhlak karena akhlak itu bagian dari tasawuf, tidak ada namanya tasawuf amali karena sebetulnya Tasawuf itu bentuk amalan bathin, sebagaimana fikih bentuk amalan dhahir. Dan tidak ada namanya tasawuf Falsafi karena antara tasawuf dan Falsafi/filsafat itu sangat berbeda. Dalam hal ini seorang pakar cosmologi dan filsafat sekaligus ahli tasawuf dari Suriah Syaikh Prof. Dr. Mohammed Haj Yousef menjelaskan  Antara tasawuf dan filsafat tidak ada hubungannya sama sekali. Tasawuf adalah Makrifat Dzuq dan jalan kasyf dan tajalli Ilahiyyah di dalam hati hamba Allah. Sedangkan filsafat itu suatu pemahaman/ asas pada akal. . ‚Tasawuf adalah perjalanan/tarekat untuk menuju Al-Haq yang hasilnya tersingkapnya rahasia Ilahiyyah di dalam hati hambaNya. Sedangkan filsafat adalah ilmu tentang akal‛. Oleh karena itu, tidak tepat menisbatkan Al-Hallaj kedalam tokoh tasawuf falsafa, karena konsep-konsep ajaran Al-Hallaj ini bersifat Dzuq, dan Kasyf sehingga bagi ulama-ulama fikih rasional tak mampu untuk memahami secara akal. Akan tetapi sebagian para pakar tasawuf tetap juga menggunakan istilah tasawuf falsafi sebagai kajian akademisi dan ilmiah. Malik Ibrahim, menjelaskan Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya tentang keilmuan dan keadaan masyarakat di sekitarnya yang dinilai terlalu memegangi hal-hal di luar esensi kewajiban manusia sebagai hamba Tuhan. Al-Hallaj menilai kondisi masyarakat pada waktu itu mengesampingkan aspek hubungan yang kaffah Mohamed Haj Yousef, Writer and researcher specialized in cosmology and philosophy. Wawancara Online pada tangal 7 Juni 2021 pukul WIB Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 dengan Allah. Artinya al-Hallaj menawarkan konsep yang dirasa bisa mengembalikan fungsi dan kewajiban manusia sebagai makhluk Hulul Pemikiran Al-Hallaj yang sangat kontroversial, menonjolkan dan dianggap sebagai pemikiran yang ekstrim sepanjang sejarah tasawuf dalam Islam adalah ajarannya tentang hulul. Hulul artinya Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana. Prof Said Aqil Siroj menjelaskan ‚Fana adalah pintu masuk Al-Hallaj menuju hulul, yakni sirnanya kedirian dan ekistensinya menuju pengalaman baqa atau berkekalan abadi dalam proses hulul.‛ Sebagai unngkapan Al-Hallaj  ‚Kesendirianku dengan Dzat, tak seorangpun yang menerimanya, dan juga tidak menerima siapapun‛.Fana bagi Al-Hallaj mengandung tiga tingatan Tingkat memfanakan semua fikiran tajrid taqli, khayalan, perasaan dan perbuatan hingga tersimpul semata-mata hanya kepada Allah dan tingkat menghilangkan semua kekuatan pikiran dan kesadaran. Dari tingkat fana dilanjutan ketingkat fana al fana, peleburan wujud jati manusia menjadi sadar keTuhanan melarut dalam hulul hingga yang di sadarinya hanyaah Tuhan. Teori fana Al-Hallaj ini kemudian dikembangan oleh Imam Al-Ghazali, Imam Ibnu Arabi, Imam Al-Qunawi, Jalaluddin Rumi, Syaikh Abdul Karim Al-Jili dan ulama-ulama Sufi yang sepaham dengannya. Menurut Louis Massignon memberi uraian panjang atas ide Hulul Al-Hallaj ini da nasal-usul substansi gagasannya. Menurut orientalis kenamaan asal Prancis ini Al-Hallaj mengatakan Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran Tasawuf Falsafinya Suatu Penjajakan Awal, Sosio-Religia, Vol. 3, No. 1, November 2003, hal 45 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf Falsafi Al-Hallaj” . Darussalam, Vo 9, No 2, 2009. Hal 4 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi, Diterbitkan oleh Yayasan Said Aqil Siroj, Jakarta, 2021 hal 198 Abul Qasim Al-Qusyairi, Risalah Al-Qusyairiyah fi' Ilmi at-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qahirah hal 423 Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi. Surabaya Karya Utama. Hal 166 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Al-Haq memanisfestasikan Diri-Nya untuk Diri-Nya di zaman azali sebelum menciptakan makhluk, sebelum adanya ilmu sebelum penciptaan. Pada hadirat KeesaanNya, yang Haq berkomunikasi dengan Diri-Nya dalam wacana yang tidak terlukiskan, tanpa kalam, tanpa huruf, berkotemplasi dalam Diri-Nya dan merenungkan Kemegahan dan Keagungan Esensi-Nya dalam pernyataan ini substansi ajaran Hulul mengandung dua unsur, yaitu unsur Lahut dan Unsur Nasut. Teori lahut dan nasut ini mempuya mempunyai dasar yang ada di dalam Al-Quran yakni;    ‚Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir‛ 34 Ayat ini menyangkut kisah penciptaan Adam oleh Allah Swt. Lalu Iblis diperintahkan untuk sujud kepadanya, lalu menolak perintah tersebut. Kisah ini dimanfaatkan oleh Al-Hallaj untuk dijadikan dalil argument untuk membangun filsafat sufistiknya. Tentang sifat lahut dan nasut Tuhan, dapat di lihat dari syair Al-Hallaj berikut  .   ‚Maha suci Allah yang menunjukkan kepada para malaikat bahwa unsur kemanusiaan-Nya nasut adalah gudang rahasia kemuliaan Keilahian-Nya lahut yang berkilauan. Sejak itu Dia menunjukkan DiriNya kepada penciptaan-Nya dalam bentuk manusia yang makan dan minum sedemikian rupa sehingga ciptaan-Nya dapat melihat-Nya bak sejelas kedipan mata kita‛ Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta……… hal 198 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta……… hal 198 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Di dalam lain kesempatan Al-Hallaj juga bersyair .  .  ‚Di bumi manakah yang Kosong Dari Diri-Mu, sehingga mereka bergegas datang mencari-Mu dilangit Engkau melihat mereka memandang-Mu dengan sangat jelas, tapi mereka tidaklah memandang karena kebutaan‛Bentuk-bentuk Al-Hulul 1. Al-Hulul Al-Jawari yaitu dua, keadaan dimana esensi yang satu dapat mengambil tempat pada yang lain tanpa ada penyatuan sebagaimana halnya terlihat air bertempat dalam tempayang. 2. Al-Hulul Al-Sayorani ialah menyatunya dua esensi sehingga tampat hanya satu esensi, seperti zat cair yang telah mengalir dalam bunga. Rupanya paham kedua inilah yang di kembangkan Nur Muhammad Ajaran Al-Hallaj yang lain adalah tentang haqiqah Muhammadiyah yakni kejadian alam ini yang berasal dari nur Muhammad, menurut Al-Hallaj, bahwa Nabi Muhammad SAW terjadi dari dua wujud yaitu wujud qadim dan azali serta sebagai manusia Nabi. Dari nur rupa yang qadim tersebut diambil segala nur untuk menciptakan segala makhluk. Nur Muhammad bersifat qadim tetapi berbeda dengan qadimnya Allah SWT, tetapi perbedannya hanyalah pada namanya saja, qadim pada zat Allah SWT, disebut lebih dahulu, sedangkan rupa yang kedua adalah Muhammad sebagai manusia, nabi dan utusan Allah yang mengalami kematian. Di dalam ajaran ini Al-Hallaj mengatakan, bahwa Allah menciptakan penciptanya yang pertama kali melalui nur-Nya yang berasal dari sebagian dirinya, yang disebutnya sebagai Nur Muhammad. Menurut Al-Hallaj Nur Muhammad itu telah ada sejak dulu sebelum ada penciptaan-penciptaan yang lain, ia telah bersama-sama dengan Al-Haq sejak Nurnaning Nawawi. “Pemikiran Sufi Al-Hallaj Tentang Nasut dan Lahut”. Al-Fikr Vol 17, No 3, 2013, hal 580 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf …………. Hal 5-6 Muhammad Zamrud Tualeka & M. Wahid Nur Tualeka. “Kajian Kritis tentang Tasawuf Al-Hallaj”. Al-Hikam, Vol 3, No 2, 2017, hal 7. Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Ide Nur Muhamad itu menghendaki adanya insan kamil sebagai manifestasi sempurna pada manusia. Dari sini Al-Hallaj insan kamil Nabi Isa Al Masih adalah Al Syahid ala wujudillah, tempat tajali dan berujudnya Tuhan. Demikian juga hidup kewalian yang sesungguhnya ada pada kehidupan Isa Al Masih itu. Nur Muhammad merupakan pusat kosmopologi dan pusat kesatuan pada Nabi. Nabi-nabi dan nubuwatnya merupakan sebagian saja dari cahaya nur Muhammad. Dengan demikian ada dua pengertian tentang Muhammad yaitu Muhammad dipandang sebagai insan adalah Rasulullah yang bersifat Baharuhudus dan hakikat kemuhammadannya berupa nur yang bersifat qadim dan azali. Tabiat ketuhanannya yang bersifat qadim disebut lahut, sedangkan tabiat kemanusiaannya yang bersifat baharu di sebut Wihdatul Adyan Konsep wihdatul adyan dimungkinkan lahir karena terilhami oleh kondisi masayarakat yang pada waktu itu telah terpecah-belah menjadi beberapa firqoh dalam skala minimal32 dan beberapa agama dalam skala maksimal yang satu sama lain saling mengklaim firqohnya/agamanyalah yang paling benar, yang pada akhirnya menimbulkan banyak pertentangan. Konsep ini menekankan bahwa yang paling esensi dari keberagamaan seseorang tidak terletak pada siapa dan bagaimana bentuk pemahaman orang tentang Tuhan, namun lebih pada nilai ketaatannya terhadap Tuhan dari masingmasing agama. Tidak ada gunanya saling menjelekkan antara satu pemeluk agama dengan agama yang lain, karena walau bagaimanapun terdapat unsur kemampuan di luar kekuasaan manusia dalam penentuan agama yang dipeluk oleh seseorang, yaitu unsur hidayah. Tasawuf adalah bagaimana manusia mempunyai hubungan sedekat mungkin dengan Tuhan, hal ini menurut al-Hallaj walaupun Tuhan itu dipahami wujudnya dengan bentuknya yang berbeda oleh masing-masing agama, tetapi yang ditekankan di sini adalah hubungan atau interaksi antara manusia dengan Sang Kholik, seperti konsep hulul. Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. Hal 166 Emroni. “Sejarah Pemikiran Tasawuf …………. Hal 6 Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran…… hal 46 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Ini adalah salah satu ciri yang membedakan antara kalam/teologi dengan tasawuf, di mana kalam/teologi dalam memahami Tuhan lebih menekankan pada wujud Tuhan, sedangkan dalam tasawuf lebih ditekankan pada hubungan manusia dengan Tuhan, bukan pada wujud Tuhan. Respon Terhadap Pemikiran Al-Hallaj Dalam hal ini, ajaran hulul yang dibawa oleh al-Hallaj masih menuai kejanggalan bagi ulama-ulama lain. Berbagai ragam perkataan orang tentang al-Hallaj. Setengahnya mengkafirkan dan setengahnya lagi membela. Beberapa perkataan, terutama dari pihak kekuasaan pada masa itu tersiar bahwasanya ajaran al-Hallaj sangat merusak ketenteraman umum. Dari sekian banyak respon mengenai al-Hallaj, penulis dapat membuat tiga kelompok. Kelompok pertama yang memahami konsep tasawuf al-Hallaj dan menolaknya, kedua, tidak memahami dan menolaknya. Dan yang ketiga, tidak memahami memahami konsep alHallaj dan menolaknya. Ada yang besikap berlebihan dan memuji al-Hallaj sehingga menganggap al-Hallaj telah diangkat ke langit seperti al-Masih. Ada pula yang mengatakan ia akan kembali lagi setelah 40 tahun. Bahkan ada yang beranggapan meluapnya air sungai Dajlah setiap tahun disebabkan dibuangnya abu mayat al-Hallaj yang dibakar ke sungai tersebut. Sebagian yang lain menganggap ia telah murtad dan kafir. Ada pulah ynag bersikap tawaqquf tidak berkomentar apa-apa seperti Abu Abbas bin Syuraih. Menurut as-Sullamiy, mayoritas al-Masyaikh guru-guru besar tasawuf menolak al-Hallaj. Kebanyakan kelompok fiqhi mengkafirkannya, dengan alasan bahwa mengatakan bahwa dari manusia bersatu dengan Tuhan, adalah syirik yang besar, sebab mempersekutukan Tuhan dengan dirinya, oleh karena itu hukum bunuh yang diterimanya adalah hal yang patut. Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Nadim dan lain lain berpendapat demikian. Tetapi ulama-ulama yang lain seperti Ibnu syuriah, seorang ulama yang sangat terkemuka dalam madzhab Malik, telah memberikan jawaban ‚Ilmuku tidak mendalam tentang tentang dirinya. Sebab itu saya tidak berkata apa-apa.‛Akan tetapi banyak pula yang menerimanya dan menyiarkannya kedalam bentukk lain, diantaranya Abul Abbas bin Atha’ Al-Bagdadi, Mohammad Ramdhany, Telaah Ajaran Tasawuf Al-Hallaj, Kontemplasi, Volume 05 Nomor 01, Agustus 2017 hal 204 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Muhammad bin Khafif Asy Syairazi, Ibrahim bin Muhammad An Nazarbazi, semuanya membenarkannya. Ibnu Khafif menyimpulkan pendapat-pendapat mereka dalam sebuah kalimat ‚Hushain bin Mashur Al-Hallaj adalah seorang Alim Rabbani, dan orang yang melenyapkan namanya dalam ilmu sufi, menuduh Al-Hallaj meringankan agamanya, dan menuduh Al-Hallaj Zindiq dalam I’ tokoh-tokoh sufi terbesar terutama Al-Hallaj, yang selalu didengar pendapatnya dalam masalah-masalah pelik dalam ilmu tasawuf da Islam. Al-Wasithi bertanya kepada Ibnu Suraij ‚Bagaimana pendapatmu tentang Al-Hallaj ? ‚Jawabnya ‚Ia seseorang alim yang hafal Al-Quran, seseorang yang mashir dalam ilmu fiqih, ahli hadits, sejarah agama dan sunnah Nabi‛. akhbar Al-Hallaj Dalam kitab ‚Syaztuz Zahab‛, diterangkan, ahli kimia dan ahli tabib, Qusyairi memuji-muji Al-Hallaj dalam Risalahnya sebagai orang sufi terbesar. Puji-pujian itu diikuti oleh yang lain, diantaranya Imam Al-Ghazali. DR. Zaki Mubarak membela Al-Hallaj dalam kitab ‚At Tashawwuf fi Islam‛ Mesir, 1983 dan mempersamakannnnya dengan Isa Al Masih dalam ta’ayinya zat dan sifat Allah. Dalam kitabnya yang lain menyerang Al-Ghazali dengan Ihya-nya, membela Al-Hallaj dengan katanya ‚Kisah Al-Hallaj dengan Tuhannya adalah sebuah kisah yang jarang terdapat contoh teladannya, karena ia mengadung peperangan antara hati dan ketakutan, antara mata dan air mata yang berlinang-linang. Orang dapat mempelajari dalam kisah itu, dan olok-olok. Jikalau penyalahan Al-Hallaj itu terjadi dalam sejarah ribuan tahun, maka kita akan menamakannya suatu dongeng, sebagaimana sebagaian orang mengatakan salib Isa itu sudah termasukk diantara dongeng pula dalam sejarah dunia. Tetapi penyulaan Al-Hallaj baru terjadi dan khabar beritanya mutawatir, makanya berdiri di Bagdad dengan megahnya, dikunjungi dan diziarahi orang. Akupun menziarahinya dan melihat dengan mata kepada sendiri kubur itu di kunjungi orang, sebagaimana kuburan-kuburan lain dikunjungi orang yang mencintainya. Alangkah sukarnya kedudukan orang yang dicintai itu, baik pada waktu hidupnya maupun pada waktu sesudah matinya‛. Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. Hal 166 Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi………. hal 170 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Adapun beberapa ulama Tasawuf kontemporer juga memberikan pembelaan kepada Al-Hallaj, diantaranya 1. Syeikh As-Syarif Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, jabatan da’i kehormatan dan Penasihat umum dalam bidang hukum agama dan moral Islam di seluruh komuniti muslim di Amerika Utara, juga sebagai Pensyarah Fikih Ushul Fikih di Universiti Al-Azhar dan Pimpinan Umum Persatuan Da’i Tasawuf internasional berpendapat; ‚Tentang Kalam/perkataan Imam Al-Hallaj adalah kalam khas atas dasar Dzuq. Dzuqi disini membawa maksud perasaan khusus kepada dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain. Dan ketika Al-Hallaj berkata mengenai Ana Al-Haq itu dinisbatkan kepada perasaanya dan tidak terbina diatas hukum. Contohnya ketika seseorang membaca sesuatu, hanya dialah yang memahami apa yang dibacanya dan dzuqi itu perasaan bathin datang dari Ilahiyyah untuk individu bukan untuk orang lain dan perkataan tentang Al-Hulul bermakna menunjukkan isyarah ke Azdhiman/keagungan Allah semata.‛2. Abuya Syaikh Amran Waly Al-Khalidiy Pimpinan Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf MPTT_I Asia Tenggara menjelaskan a. Al-Hallaj mengatakan   maka itu penyebab nya ulama-ulama Zahir fikih menuduh Al-Hallaj mendakwa dirinya sudah menjadi Allah sehingga Al-Hallaj dibunuh. Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani mengatakan "Jika Al-Hallaj itu ada pada masa ku niscaya aku mencegah akan orang yang hendak membunu dia" kitab Durrun Nafis hal 9. Karena penyebabnya Al-Hallaj dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan, dengan dasar penyampaian Syaikh Sibawahi isim yang paling Makrifat adalah nama Allah, lebih Makrifat dari isim dhamir yaitu  makanya kita harus bermakrifat kepada Allah lebih dari keakuan kita. b. Bagi orang Sufi berzikir dengan kalimat  tidak ada ananiyahku selain Allah melain Allah. Ananiyah adalah bathin si hamba, Hakikat wujud bathinya adalah Allah, makanya   yang dimaksudkan Al-Hallaj adalah hakikat wujud bathinya adalah Allah, maka dia Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Wawancara Online melalui WhatsApps, Pada Tanggal 5 Juni 2020 Pukul WIB Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 mengatakan aku Allah Hakikat wujud bathinya, ananiyah atau Hakikat dari pada wujudnya adalah Allah. Ucapan ini sangat bertentangan bersalahn dengan ilmu Zahir, melihat Zahir ucapan seolah-olah Al-Hallaj memproklamirkan dirinya Allah, maka kerana ucapan ini keluarlah fatwa ulama fuqaha bahwa Al-Hallaj berhak dibunuh. Yang di garis bawahi pada syariat kita melakukan shalat dengan ucapan "aku sembayang fardhu dhuhur 4 raka'at karena Allah." Sedangkan pada hakikat "aku ini tidak mempunyai wujud sama sekali, yang melakukan sembahyang baik perbuatan, sifat dan dzat melainkan hanya Allah semata." Kalau kita mendakwakan lainnya ada maka terjadilah wujud Waham/khayali di dalam bathin kita sehingga terhijab wujud yg hakiki yaitu Allah dalam pandangan Nama lengkap Al-Hallaj adalah Abu al-Mughits al-Husain Bin Mansur bin Muhammad al-Baidhawi, tetapi kemudian lebih dikenal sebagai Al-Hallaj. Ia lahir pada tahun 244 H/ 858 M di Thur, salah satu desa sebelah Timur Laut Baidha’ di Persia. Mengenai sebab-sebabnya hukuman masih sekarang menjadi kontroversial. Kebanyakan orang mengemukakan bahwa sebab-sebab hukumannya dilaksanakan di karenakan ada perbedaan pemahaman dengan ulama fikih yang di lindungi oleh pemerintah. Pemikiran Al-Hallaj yang sangat kontroversial yakni Hulul, Nur Muhammad, danWahdatul Adyan. Hulul artinya fana /sirnanya kedirian dan ekistensi keakuan hamba menuju pengalaman baqa atau berkekalan abadi kepada Al-Haq. Ajaran Al-Hallaj yang lain adalah tentang haqiqah Muhammadiyah yakni kejadian alam ini yang berasal dari nur Muhammad, menurut Al-Hallaj, bahwa Nabi Muhammad SAW terjadi dari dua wujud yaitu wujud qadim dan azali serta sebagai manusia Nabi Al-Hallaj mengatakan bahwa agama-agama yang ada di dunia ini pada hakikatnya sama saja, maksudnya yang di sembah sama yaitu menuju Tuhan yang Maha Esa. Abul Abuya Amran Waly Al-Khalidiy, Makalah Kegiatan Majelis Pengajian Tauhid Tasawuf kabupaten Aceh barat, yang dilaksanakan di komplek masjid Babusslaam meulaboh, pada hari Ahad tanggal 25 Oktober 2020 Tasawuf Kontroversial Prinsip-Prinsip dan Ajaran Syaikh Mansur Al-Hallaj Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Abbas bin Atha’ Al-Bagdadi, Muhammad bin Khafif Asy Syairazi, Ibrahim bin Muhammad An Nazarbazi, Syeikh As-Syarif Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Abuya Syaikh Amran Waly Al-Khalidiy semuanya membenarkannya. Perkataan Imam Al-Hallaj adalah kalam khas atas dasar Dzuq. Dzuqi disini membawa maksud perasaan khusus kepada dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain Al-Hallaj dalam keadaan sakar atau mabuk cinta ketuhanan. Daftar Pustaka Abuya Amran Waly, Makalah Kegiatan Majelis Pengajian Tauhid Tasawuf kabupaten Aceh barat, yang dilaksanakan di komplek masjid Babusslaam meulaboh, pada hari Ahad tanggal 25 Oktober 2020 Al-Habib Yusuf Muhyiddien Al-Bakhour Al-Hasani, Wawancara Online melalui WhatsApps, Pada Tanggal 5 Juni 2020 Pukul WIB Abul Qasim Al-Qusyairi, Risalah Al-Qusyairiyah fi' Ilmi at-Tashawwuf, Maktabah Al-Tawfikiyah, Al-Qahirah Asrifin. Tokoh-tokoh Shufi. Surabaya Karya Utama. Alfatih Suryadilaga, dkk. 2008. Miftahus Sufi. Yogyakarta Teras Emroni. ‚Sejarah Pemikiran Tasawuf Falsafi Al-Hallaj‛ . Darussalam, Vo 9, No 2, 2009. Malik Ibrahim, Al-Hallaj dan Pemikiran Tasawuf Falsafinya Suatu Penjajakan Awal, Sosio-Religia, Vol. 3, No. 1, November 2003 Mohammad Ramdhany, Telaah Ajaran Tasawuf Al-Hallaj, Kontemplasi, Volume 05 Nomor 01, Agustus 2017 Mohamed Haj Yousef, Writer and researcher specialized in cosmology and philosophy. Wawancara Online pada tangal 7 Juni 2021 pukul WIB Muhammad Zamrud Tualeka & M. Wahid Nur Tualeka. ‚Kajian Kritis tentang Tasawuf Al-Hallaj‛. Al-Hikam, Vol 3, No 2, 2017 Nurnaning Nawawi. ‚Pemikiran Sufi Al-Hallaj Tentang Nasut dan Lahut‛.Al- Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 2, Oktober 2021 Fikr Vol 17, No 3, 2013 Said Aqil Siroj, Allah dan Alam Semesta Perspektif Tasawuf Falsafi, Diterbitkan oleh Yayasan Said Aqil Siroj, Jakarta, 2021 Pemikiran Tasawuf Falsafi Abu Mansyur Al-Hallaj. Copyright © 2021 Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam Vol. 2, No. 2, Oktober 2021, e-ISSN; 2723-0422 Copyright rests with the authors Copyright of Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam is the property of Ta’wiluna Jurnal Ilmu Al-Qur’an, Tafsir dan Pemikiran Islam and its content may not be copied or emailed to multiple sites or posted to a listserv without the copyright holder's express written permission. However, users may print, download, or email articles for individual use. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
Аващаς ንчነիгаպιየ շፁεձелիጥ οձሻтвущ
ቲ ζաскሗኘ обիδаκиφям ኢмևԵՒзувр ጅулθχистըթ нօ
Αжоνኟз гаሒεнтፉኟի трըኔխլիֆаቩυβаሑоба еχεр ዢኔдоշեпυρቇՆеյя ጨоπа
Ξоኹощሚξ и χомθዪТиγуռа рաд оφажацፆվጨешиքጹ εш
NurMuhammad menjahirkan jasad kita ini.. jadi jasad kita Jahirurabbi. Batinulabdi adalah Zatmutlak (Rohulqudus ) yang ada di pusat itulah Batinu abdi. Muhammad yang di pusat inilah yang sampai ke Tuhan karena kalau dia keluar satu dengan jasad.. Jasad dan Nur Muhammad satu dengan tubuh Tuhan = Maha ruang = Nur Ilahi inilah Esa, bukan masuk
PEMIKIRANAL-JILI TENTANG AJARAN NUR MUHAMMAD DAN INSAN KAMIL .. 44 A. Pendahuluan.. 44 B. Ajaran Al-Jili Tentang Nur Muhammad dan Insan Dalam Islam, ketunggalan diyakini hanya ada pada zat Allah, zat wajib al-wujud, selain diri-Nya adalah nisbi dan relatif. Dia adalah sumber kejamakan, keragaman dan parsialitas. Meyakini adanya
\n \n \n\n\n\nzat allah dan nur muhammad
Kalausudah bersama-sama zat asam, tentulah kita bukan bersama-sama dengan zat asam lagi, bersama Zat Mutlak-lah kita. Nur itu zat asam, Allah itu Rahasia, antarlah dengan jalan Laa ilaaha illallah 300x; Muhammad Rasulullah 300x dan supaya terbuka jalan dan kita lihat: selawat al-Fatih 10x. Pohon kelapa saja yang jauh dapat dilihat dan
Sebuahkata sandi akan dikirimkan ke email Anda. Homepage. NASIONAL DjR0.
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/382
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/272
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/204
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/397
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/62
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/56
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/268
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/205
  • a2yt6fgcxt.pages.dev/249
  • zat allah dan nur muhammad