Faktoryang harus diperhatikan dalam menentukan wadah adalah menentukan pemilihan wadah budi daya yang tepat untuk jenis ikan yang sesuai. Terdapat bermacam wadah budi daya ikan hias, yakni sebagai berikut. Kolam. Kolam yang sering digunakan sebagai wadah budi daya ikan hias adalah kolam tembok dan kolam terpal yang memiliki saluran inlet (air
30 Contoh Soal PG Prakarya Kelas 9 Semester 1 Beserta Jawaban Kurikulum 2013 SMP/MTS tentang Budi Daya Ikan Konsumsi - Halo selamat datang kembali di blog soal-soal sekolah, postingan soal pilihan ganda prakarya kelas ix semester ganjil K13 edisi revisi ini, berisikan materi yang diambil dari Bab 3, "Budi Daya Ikan Konsumsi", dengan pembahasan soal seperti komiditas dan budi daya pembesaran ikan konsumsi serta proses budi daya pembesaran ikan konsumsi. Materi soal prakarya bagian ini Bab 3, merupakan materi setelah siswa menyelesaikan 40 contoh soal UTS/PTS prakarya. Selain itu, bagi anda yang belum membaca postingan sebelum UTS/PTS, soal prakarya dari Bab 1, "Kerajinan bahan keras" sampai dengan Bab 2, "Prinsip kelistrikan dan sistem instlasi listrik", bisa membaca tulisannya, pada postingan mulai dari soal PG prakarya tentang kerajinan bahan keras total ada 60 butir soal, dan Untuk soal-soal essay/uraiannya, bisa anda baca mulai dari soal essay prakarya tentang kerajinan bahan keras ada 100 soal essay/uraian. Lanjut ke materi prakarya tentang budi daya ikan konsumsi.. Berikut di bawah ini, soal pg prakarya kelas 9 semester ganjil kurtilas edisi revisi dilengkapi kunci jawaban dengan pertanyaan dimulai dari nomor 1. 1. Warna air yang baik untuk budi daya perikanan adalah…. a. Putih b. Coklat c. Hijau d. Bening Jawaban d 2. Berikut ini adalah wadah-wadah budi daya ikan konsumsi yang sering di gunakan kecuali…. a. Keramba jaring apung b. Keramba jaring tancap c. Danau d. Bak semen Jawaban d 3. Berikut termasuk dalam perikanan kecuali…. a. Ikan b. Udang c. Katak d. Rumput laut Jawaban d 4. Berikut jenis ikan air tawar, kecuali ikan…. a. Nila b. Mas c. Patin d. Pari Jawaban d 5. Pemijahan dengan lebih dari satu pasang induk disebut pemijahan…. a. Massal b. Tunngal c. Poligami d. Alami Jawaban a 6. Berikut ini adalah ikan yang memiliki sifat parental care, kecuali…. a. Ikan nila b. Ikan patin c. Ikan gurame d. Ikan cupang Jawaban d 7. Kolam air deras baik untuk budi daya…. a. Ikan nila b. Ikan mas c. Ikan gurame d. Ikan lele Jawaban b 8. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar pantai disebut…. a. Pohon bakau b. Pohon pantai c. Mangrove d. Pohon payau Jawaban b 9. Pemijahan buatan menggunakan bantuan…. a. Ph b. Suhu c. Lingkungan d. Hormon Jawaban d 10. Berikut ini adalah jenis-jenis wadah budi daya kecuali…. a. Kolam b. Danau c. Aquarium d. Keramba jaring apung Jawaban b 11. Kertas lakmus adalah alat untuk mengukur…. a. Suhu b. Disolves oksigen c. NH3 d. PH Jawaban d 12. Berikut ini parameter fisika yang biasa diukur dalam budi daya yaitu…. a. NH3 b. Ammonia c. Nitrit d. Volume air Jawaban d 13. Berapakah nilai Ph yang normal dalam perairan…. a. 0 b. 7 c. 10 d. 14 Jawaban b 14. Berikut adalah fungsi Termperatur dalam budi daya ikan, kecuali…. a. Kebiasaan hidup ikan b. Laju metabolism c. Mempengaruhi sistem imunitas d. Mempengaruhi kelarutan O2 dan CO2 Jawaban 15. Ikan yang memiliki alat bantu pernapasan adalah…. a. Ikan mas b. Ikan lele c. Ikan patin d. Ikan kakap Jawaban b Lanjut ke soal latihan nomor 16-30 ==> 30 Contoh Soal PG Prakarya Kelas 9 Semester 1 Beserta Jawaban Kurikulum 2013 SMP/MTS tentang Budi Daya Ikan Konsumsi~Bagian2
Wadahdan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan maskoki ada beberapa macam antara lain adalah: Tahap persiapan wadah budidaya seperti berikut ini, kecuali. Wadah budidaya yang sering digunakan untuk ikan hias adalah akuarium, kolam tanah, bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass dengan ukuran yang beragam.
Abstrak Ikan betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan lokal potensial menjadi komoditas budidaya. Performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup dapat ditingkatkan dengan mengembangkan wadah budidaya. Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis wadah budidaya yang optimal dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Perlakuan yang di uji adalah kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Ukuran benih yang digunakan 15±1,39 cm dengan bobot 250,04±1,70 g dengan padat tebar 25 ekor/kolam. Selama 120 hari masa pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah ikan rucah sebanyak 30% dari bobot tubuh dengan frekwensi 2x sehari. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jenis wadah berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Pertambahan bobot terbaik terdapat pada perlakuan jenis wadah kolam tanah sebesar 53,86±1,10 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,45±0,010 %bobot tubuh/hari dan kelangsungan hidup 85,33±6,11%. Kualitas air pada seluruh wadah pemeliharaan masih mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar dalam pemilihan wadah budidaya yang efektif dan efisien dalam pengembangan budidaya ikan betutu secara optimal. Kata kunci ikan betutu; pertumbuhan; kelangsungan hidup; wadah Abstract Sand goby Oxyeleotris marmorata. Blkr is a potential fish species for aquaculture in Indonesia. However, the growth and survival rate performance can be improved by developing cultivation containers. The research objective was to determine the optimal type of cultivation container to produce high growth and survival rate. The ponds treatments used in this experiment were soil pond, hapa pond and tarpaulin pond with measuring 3 m x 2 m x 1 m. The initial fish length average was 15± cm, with the initial body weight average of g with the stocking density of 25 individual/pond. During 120 days of the rearing period, the fish were fed with trash fish with a proportion of 30% of body weight with the frequency of feeding 2x a day. The results showed differences in the type of container significantly affected weight gain and specific growth rates but did not significantly affect survival rate. The best weight gain was found in the treatment of soil pond containers at ± g with a specific growth rate of ± body weight/day and survival rate of ± Water quality in all containers still supports growth and survival rate. The results of this study can be used as necessary information in the selection of effective and efficient aquaculture containers to produce optimal sand goby culture. Keywords sand goby; growth; survival rate; container Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal, 62 October, 2019 93-98 93 Pengaruh penggunaan jenis wadah yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu Oxyeleotris marmorata Blkr. The effect of different types of containers on growth and survival rate of sand goby Oxyeleotris marmorata Blkr. Hadra Fi Ahlina a, Yoyon Riono b dan Syaiful Ramadhan Harahap a, * a Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Islam Indragiri, Indragiri Hilir, Indonesia b Program Studi Agroteknologi, Universitas Islam Indragiri, Indragiri Hilir, Indonesia 1. Pendahuluan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang sangat potensial di Indonesia. Permintaan terhadap ikan betutu semakin meningkat baik di dalam maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Hongkong. Kabupaten Indragiri Hilir adalah daerah penghasil ikan betutu di Provinsi Riau yang menjadi komoditas air tawar andalan. Harga ikan betutu ukuran konsumsi adalah Rp. sedangkan harga Ikan Betutu untuk ekspor dapat Abstract Sand goby Oxyeleotris marmorata. Blkr is a potential fish species for aquaculture in Indonesia. However, the growth and survival rate performance can be improved by developing cultivation containers. The research objective was to determine the optimal type of cultivation container to produce high growth and survival rate. The ponds treatments used in this experiment were soil pond, hapa pond and tarpaulin pond with measuring 3 m x 2 m x 1 m. The initial fish length average was 15± cm, with the initial body weight average of g with the stocking density of 25 individual/pond. During 120 days of the rearing period, the fish were fed with trash fish with a proportion of 30% of body weight with the frequency of feeding 2x a day. The results showed differences in the type of container significantly affected weight gain and specific growth rates but did not significantly affect survival rate. The best weight gain was found in the treatment of soil pond containers at ± g with a specific growth rate of ± body weight/day and survival rate of ± Water quality in all containers still supports growth and survival rate. The results of this study can be used as necessary information in the selection of effective and efficient aquaculture containers to produce optimal sand goby culture. Keywords sand goby; growth; survival rate; container Abstrak Ikan betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan lokal potensial menjadi komoditas budidaya. Performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup dapat ditingkatkan dengan mengembangkan wadah budidaya. Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis wadah budidaya yang optimal dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Perlakuan yang di uji adalah kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Ukuran benih yang digunakan 15±1,39 cm dengan bobot 250,04±1,70 g dengan padat tebar 25 ekor/kolam. Selama 120 hari masa pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah ikan rucah sebanyak 30% dari bobot tubuh dengan frekwensi 2x sehari. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan jenis wadah berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Pertambahan bobot terbaik terdapat pada perlakuan jenis wadah kolam tanah sebesar 53,86±1,10 g dengan laju pertumbuhan spesifik 0,45±0,010 %bobot tubuh/hari dan kelangsungan hidup 85,33±6,11%. Kualitas air pada seluruh wadah pemeliharaan masih mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar dalam pemilihan wadah budidaya yang efektif dan efisien dalam pengembangan budidaya ikan betutu secara optimal. Kata kunci ikan betutu; pertumbuhan; kelangsungan hidup; wadah p-ISSN. 2406-9825 e-ISSN. 2614-3178 * Corresponding author Program Studi Budidaya, Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Islam Indragiri. Jl. Provinsi Parit 1 Kec. Tembilahan Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, 29213, Indonesia. Telp + e-mail doi Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal, 62 October, 2019 93-98 94 mencapai Rp. Kudsiah dan Nur, 2008. Tingginya harga Ikan Betutu disebabkan cita rasa yang lezat serta dagingnya yang putih dan empuk. Dagingnya mengandung protein 9-22%, lemak 0,1-20%, mineral 1-3%, vitamin, lecithin, guanine dan sedikit kandungan kolesterol Arief et al., 2009. Permintaan pasar yang cukup tinggi terhadap ikan ini menyebabkan tingkat eksploitasi lebih cepat dibandingkan dengan rekruitmennya. Hal ini disebabkan permintaan ikan betutu benih dan ukuran konsumsi masih dipenuhi dari hasil tangkapan di perairan umum, bila keadaan ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan merusak kelestariannya. Kondisi ini menuntut adanya penyediaan produksi dalam jumlah yang besar dan berkesinambungan salah satunya melalui kegiatan budidaya. Pada budidaya ikan betutu, faktor yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan yang lambat dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan betutu sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ikan itu sendiri. Faktor internal meliputi sifat genetik sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang berperan dalam budidaya ikan betutu adalah pemilihan jenis wadah budidaya yang tepat. Wadah budidaya merupakan ruang tempat berinteraksinya antara ikan sebagai biota budidaya dengan air sebagai media budidaya untuk hidup dan berkembang. Jenis wadah budidaya sangat menentukan hasil dari interaksi antara ikan dan air. Indikator yang mudah terlihat dari hasil interaksi antara ikan dengan air adalah pertumbuhan ikan dan kualitas air selama kegiatan budidaya. Terdapat beberapa jenis wadah dalam kegiatan budidaya ikan, namun yang sering digunakan untuk budidaya ikan-ikan air tawar adalah wadah budidaya berupa kolam. Beberapa pengembangan jenis kolam yang sering digunakan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar antara lain kolam tanah, kolam beton, kolam hapa dan kolam terpal Satyani dan Priyono, 2012. Penelitian mengenai pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu telah banyak dilakukan, namun penelitian terkait pengaruh perbedaan jenis wadah budidaya terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu secara spesifik relatif sangat jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis wadah budidaya kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu. Informasi terkait wadah budidaya yang efektif dan efisien dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu akan sangat bermanfaat dalam pengembangan budidaya ikan betutu secara optimal. 2. Bahan dan metode Bahan dan alat Penelitian ini dilakukan selama 120 hari yang bertempat di Kolam Percobaan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri. Perlatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari alat tulis, serok, wadah budidaya berupa kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal, thermometer, DO meter, pH meter dan ammonia test kit. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari; ikan betutu sebagai ikan uji dan ikan rucah sebagai pakan ikan uji selama berlangsungnya penelitian. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL non faktorial. Perlakuan dalam percobaan ini adalah perbedaan jenis wadah budidaya dengan tiga kali ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah Perlakuan A Perlakuan jenis wadah kolam tanah Perlakuan B Perlakuan jenis wadah kolam hapa Perlakuan C Perlakuan jenis wadah kolam terpal Persiapan wadah dan pemeliharaan ikan betutu Kegiatan pemeliharaan ikan uji dimulai dengan kegiatan persiapan media wadah budidaya berupa sembilan kolam dengan ukuran PxLxT 3x2x1 m, yang terdiri dari tiga unit kolam tanah, tiga unit kolam hapa dan tiga unit kolam terpal. Sebelum instalasi kolam dengan hapa dan terpal, pada seluruh kolam dilakukan pengeringan, pengapuran dengan kapur karbonat CaCO3 dan pemupukan dengan pupuk NPK. Selanjutnya jaring hapa dan terpal yang akan di instalasi pada kolam tanah dilakukan proses desinfeksi dengan cara di bilas menggunakan air dan dikeringkan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan proses intalasi unit percobaan berupa kolam hapa dan kolam terpal dengan ukuran yang disesuaikan dengan kolam tanah yang dilanjutkan dengan melakukan pengisian air dengan ketinggian ± 75 cm dari dasar kolam pada seluruh unit wadah percobaan dan dibiarkan selama 3 hari. Aklimatisasi awal ikan uji dengan merendam wadah plastik ke dalam kolam selama ± 2 jam pada pagi hari dengan tujuan agar ikan uji dapat mengadaptasi suhu pada kolam percobaan. Penebaran Ikan uji dilakukan pagi hari saat suhu rendah untuk menstabilkan kondisi air sehingga ikan uji mudah beradaptasi Saparinto, 2009. Aklimatisasi lanjutan dilakukan 1 minggu dengan pemberian pakan dua kali sehari secara ad satiasi. Pengambilan data bobot awal ikan uji dilakukan secara acak terhadap 8 ekor/wadah 30% dari padat tebar yang dilakukan setelah 24 jam proses pemuasaan ikan uji selesai dilakukan. Ikan uji adalah Ikan Betutu dengan panjang rata-rata 15±1,39 cm dan bobot rata-rata 250,04±1,70 g yang berasal dari hasil tangkapan nelayan di perairan sekitar Desa Teluk Dalam, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Ikan uji dipelihara selama 120 hari dengan padat penebaran 25 ekor/wadah. Pakan yang digunakan berupa cincangan Ikan Rucah dengan ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut ikan berdasarkan Harahap dan Yusapri 2015. Interval pemberian pakan merujuk pada frekwensi pemberian pakan optimal ikan betutu menurut Ahlina et al. 2018 yaitu dengan frekwensi 2 kali/hari yang dilakukan pada interval waktu 8 jam yaitu pada pukul pagi dan pukul sore. Persentase pakan yang diberikan sebesar 30% dari total bobot tubuh dengan durasi waktu pemberian pakan selama 30 menit Arief et al., 2009. Parameter pengamatan Laju pertumbuhan ikan betutu Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap 14 hari sekali secara acak sebanyak 8 ekor/wadah 30% dari padat tebar per wadah. Pengamatan dilakukan dengan cara diukur secara manual. Laju pertumbuhan ikan betutu diperoleh dari pengukuran bobot yang dilakukan dengan mengisi air kedalam wadah kemudian ditimbang banyaknya air, dan timbangan analitik dinolkan kembali. Kemudian dilanjutkan dengan memasukkan ikan betutu yang telah di sampling ke dalam wadah yang berisi air untuk di timbang bobot tubuhnya. Pertambahan bobot ikan Betutu dihitung menggunakan formulasi Hariati Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal, 62 October, 2019 93-98 95 dalam Arief et al. 2009, sedangkan laju pertumbuhan spesifik ikan betutu di hitung menggunakan formulasi Elliot dan Hurley 1995 sebagai berikut Pertambahan bobot 𝐺=𝑊𝑡 −𝑊𝑜 Keterangan G = Pertumbuhan bobot g Wt = Bobot rata-rata akhir penelitian g Wo = Bobot rata-rata awal penelitian g Sumber Hariati dalam Arief, et al., 2009. Laju pertumbuhan spesifik 𝑆𝐺𝑅 = 𝑙𝑛 𝑊𝑡 −𝑙𝑛 𝑊𝑜𝑡 𝑥 100% Keterangan SGR = Persentase berat rata-rata individu per hari % berat tubuh/hari Wt = Bobot rata-rata pada waktu ke-t g Wo = Bobot rata-rata awal g t = Waktu hari. Sumber Elliot dan Hurley, 1995. Kelangsungan hidup ikan betutu Kelangsungan hidup ikan betutu dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Perhitungan nilai kelangsungan hidup mengacu pada persamaan Effendie, 2002 dengan menggunakan rumus SR%=NtNo x 100 Keterangan SR = Survival rate/Kelulushidupan % Nt = Jumlah ikan uji di akhir pemeliharaan ekor No = Jumlah ikan uji di awal pemeliharaan ekor Kualitas air Pengamatan terhadap kualitas air pada seluruh unit perlakuan penelitian dilakukan secara in situ terhadap beberapa parameter kualitas air meliputi parameter suhu, pH dan oksigen terlarut DO. Pengukuran dilakukan setiap hari yaitu jam WIB kecuali pada parameter suhu yang dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada jam WIB dan jam WIB. Metode pengamatan parameter kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Metode pengamatan kualitas air Analisa data Data hasil pengamatan ditabulasikan dalam tabel dan grafik, Analisis data menggunakan Rancangan Acak non faktorial. Kemudian dianalisa dengan uji F anova. Apabila nilai F hitung > nilai F tabel menunjukkan adanya pengaruh nyata antar perlakuan, maka analisis data dilanjutkan dengan Tukey test dengan menggunakan aplikasi SPSS ver. 3. Hasil dan pembahasan Hasil Pertambahan bobot ikan betutu Oxyeleotris marmorata Blkr. Pertambahan bobot adalah gambaran perubahan bobot rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan yang ditentukan berdasarkan selisih bobot akhir dengan bobot awal pemeliharaan Effendie, 2002. Hasil pengamatan terhadap rata-rata bobot awal, bobot akhir serta pertambahan bobot ikan betutu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata bobot awal, bobot akhir serta pertambahan bobot ikan betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. selama 120 hari pengamatan . Bobot awal g Rata-rata ± sd Bobot akhir g Rata-rata ± sd Pertambahan bobot g Rata-rata ± sd Keterangan A = kolam tanah; B = kolam hapa; C = kolam terpal; ±SD = standar deviasi yang merupakan range dari rata-rata pengulangan masing-masing perlakuan; huruf superskrip a = menunjukkan adanya perbedaan signifikan berdasarkan uji Anova yang dilanjutkan dengan Tukey test α=0,05. Hasil pengamatan terhadap pertambahan bobot ikan betutu di dapati pertambahan bobot ikan betutu tertinggi terdapat pada perlakuan A kolam tanah dengan pertambahan bobot rata-rata 53,86±1,10 g, di ikuti oleh perlakuan B kolam hapa dengan pertambahan bobot rata-rata 50,56±1,65 g dan terendah pada perlakuan C kolam terpal dengan pertambahan bobot rata-rata 48,26±1,47 g. Hasil Anova menunjukkan bahwa penggunaan jenis wadah yang berbeda berpengaruh signifikan terhadap pertambahan bobot ikan betutu F hitung 31,95 > F tabel 0,05 5,78. Hasil uji lanjut menggunakan Tukey test menunjukkan bahwa seluruh perlakuan penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan α=0,05. Persentase laju pertumbuhan harian diketahui dengan cara menghitung laju pertumbuhan spesifik ikan betutu. Laju pertumbuhan spesifik merupakan laju pertumbuhan harian dalam satuan persen % yang dapat menjelaskan kemampuan ikan dalam memanfaatkan nutrien dan mengkonversinya menjadi energi sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh serta pergantian sel-sel yang telah rusak dan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan Arief et al., 2009. Laju pertumbuhan spesifik ikan betutu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Laju pertumbuhan spesifik ikan betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. dengan jenis wadah yang berbeda selama 120 hari pengamatan. Laju Pertumbuhan Spesifik %berat tubuh/hari Rata-rata±SD Keterangan A = kolam tanah; B = kolam hapa; C = kolam terpal; ±SD = standar deviasi yang merupakan range dari rata-rata pengulangan masing-masing perlakuan; huruf superskrip a = menunjukkan adanya perbedaan signifikan berdasarkan uji Anova yang dilanjutkan dengan Tukey test α=0,05. Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal, 62 October, 2019 93-98 96 Laju pertumbuhan spesifik tertinggi dicapai pada perlakuan kolam tanah yaitu 0,45±0,010%/hari, di ikuti kolam hapa 0,42±0,013%/hari dan kolam terpal 0,40±0,011%/hari. Hasil Anova menunjukkan bahwa penggunaan jenis wadah yang berbeda berpengaruh signifikan terhadap pertambahan bobot ikan betutu F hitung 33,91 > F tabel 0,05 5,78. Hasil uji lanjut menggunakan Tukey test menunjukkan bahwa seluruh perlakuan penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan α=0,05. Kelangsungan hidup ikan betutu Oxyeleotris marmorata Blkr. Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian dengan jumlah ikan uji pada awal penelitian yang dinyatakan dalam persen Effendie, 2002. Hasil pengamatan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan betutu pada masing-masing unit percobaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Tingkat kelangsungan hidup ikan betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. dengan jenis wadah yang berbeda selama 120 hari pengamatan . Keterangan A = kolam tanah; B = kolam hapa; C = kolam terpal; ±SD = standar deviasi yang merupakan range dari rata-rata pengulangan masing-masing perlakuan; SR = survival rate merupakan persentase tingkat kelangsungan hidup ikan pada saat akhir penelitian. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi dicapai pada perlakuan kolam tanah yaitu 85,33±6,11%, di ikuti kolam hapa 82,67±6,11% dan kolam terpal 73,33±6,11%. Hasil Anova menunjukkan bahwa jenis wadah yang berbeda tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan betutu F hitung 3,19 3 mg/L Kordi, 2013. Nilai konsentrasi ammonia pada kolam terpal relatif lebih tinggi dibanding kolam tanah dan kolam hapa. Kondisi ini memperlihatkan bahwa proses perombakan sisa pakan dan metabolisme pada kolam tanah dan kolam hapa berlangsung lebih baik dibanding kolam terpal. Ammonia merupakan produk hasil metabolisme ikan dan dekomposisi senyawa organik seperti sisa-sisa pakan dan kotoran ikan oleh bakteri menjadi nitrogen dalam bentuk ammonium terlarut Hidayah, 1993. Pada kolam terpal, air dan tanah dasar kolam tidak bersentuhan secara langsung yang mengakibatkan proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri tidak berlangsung secara optimal. Meskipun demikian nilai kisaran konsentrasi ammonia yang didapati pada penelitian ini masih dalam kisaran ambang batas ammonia untuk ikan air tawar yaitu 7 akan menyebabkan ammonia tak terionisasi terutama pada kolam terpal yang tidak bersentuhan langsung terhadap tanah dasar perairan. Kondisi ini akan menyebabkan ammonia bersifat toksik terhadap organisme akuatik apabila terdapat dalam jumlah banyak. Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan nilai suhu, pH dan kadar DO perairan Effendi, 2003. Perbedaan wadah pemeliharaan berupa kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal pada penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan betutu P>0,05. Kondisi ini menggambarkan bahwa perlakuan jenis wadah pemeliharaan kolam tanah, kolam hapa dan kolam terpal masih mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu. Hal ini selaras dengan hasil pemantauan terhadap parameter kualitas air pada masing-masing wadah pemeliharaan yang juga masih memperlihatkan kisaran nilai optimal dalam mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1. Perbedaan jenis wadah berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan betutu. 2. Pertambahan bobot terbaik ikan betutu terdapat pada perlakuan jenis wadah kolam tanah yaitu 53,86±1,10 g, laju pertumbuhan spesifik SGR 0,45±0,010% bobot tubuh/hari dengan nilai kelangsungan hidup SR 85,33±6,11%. Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal, 62 October, 2019 93-98 98 3. Pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik ikan betutu pada kolam tanah berbeda nyata dengan kolam hapa dan kolam terpal. Demikian pula pertambahan bobot dan laju pertumbuhan spesifik ikan betutu pada kolam hapa berbeda nyata dengan kolam terpal. 4. Nilai parameter kualitas air pada seluruh wadah pemeliharaan masih mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu dengan kisaran suhu 27,38±0,26-27,07±0,23 oC, pH 6,72±0,42-6,85±0,26, DO 3,47±0,35-3,62±0,35 mg/L dan ammonia 0,098±0,03 mg/L. Ucapan penghargaan Penelitian ini didukung oleh hibah Penelitian Dosen Pemula Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristek-Dikti tahun 2019 yang disalurkan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM Universitas Islam Indragiri UNISI. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristek-Dikti dan LPPM UNISI. Ucapan yang sama disampaikan pula kepada Kepala dan tenaga laboran Laboratorium Basah Program Studi Budidaya Perairan, kepada pengelola jurnal Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal yang telah berkenan mempublikasikan hasil penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu penelitian ini. Bibliografi Adani, Hendrarto, B., Muskanonfola, 2013. Kesuburan Perairan Ditinjau dari Kandungan Klorofil-a Fitoplankton Studi Kasus di Sungai Wedung, Demak. Management of Aquatic Resources Journal, Vol. 24 38-45. Ahlina, Sawitri, N., Harahap, 2018. Kinerja Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. yang Diberi Pakan Ikan Rucah Dengan Frekwensi Berbeda. Jurnal Perikanan dan Lingkungan, Vol. 72 1-9. Anggraeni, Abdulgani, N., 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 22 E197–E201. Ardi, I., Setiadi, E., Kristanto, Widiyati, A., 2017. Salinitas Optimal untuk Pendederan Benih Ikan Betutu Oxyeleotris Marmorata. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 114 347-354. Arief, M., Triasih, I., Lokapirnasari, 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata Bleeker. Jurnal Ilmiah Kelautan dan Perikanan UNAIR, Vol. 11 51-57. Azwar, Arifin, O., Pamungkas, W., Yosmaniar, 2003. Pengelolaan Produksi Massal Ikan Betutu Oxyeleotris marmoratus, Bleeker Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal. 77-184. Azwar, Melati, I., 2011. Frekwensi Pemberian Pakan dan Teknologi Produksi Ikan Betutu Oxyeleotris Marmorata Blkr. dengan Sistem Terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 63 447–456. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Effendie, 2002. Biologi Perikanan Ed ke-2 Edisi Revisi. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Elliot, Hurley, 1995. Function Ecology. British Ecological Society, British, Vol. 9 625-627. Harahap, Yusapri, A., 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. dalam Jaring Hapa. Jurnal Terubuk, Vol. 431 1-11. Harahap, Yusapri, A., 2016. Pengaruh Padat Penebaran Berbeda Terhadap Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. yang Dipelihara Dalam Hapa. Jurnal Perikanan dan Lingkungan, Vol. 52. Heriansah, Aspari, 2016. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gabus Channa striata dan Dinamika Kualitas Air Pada Berbagai Wadah Pemeliharaan. Jurnal Balik Diwa, Vol. 72 15-21. Hidayah, Z., 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata Blkr yang Dipelihara di Kolam. Skripsi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 hlm. Kordi, 2013. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Betutu. Lily Publisher Yogyakarta. 226 hlm. Kudsiah, H., Nur, A., 2008. Efisiensi Usaha Pembesaran Ikan Betutu Dengan Pemberian Berbagai Bentuk Pakan dari Ikan Sepat Rawa dan Udang Rucah. Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 8. Larson, 2000. Gobbidae Gobies and Sleepers, P. 636-640. In Randall and Lim eds. A Checklist of the fishers of the South China Sea Raffles Bull. 2001. 181 569-667. Leong, Chong, dan Ibrahim, S., 2015. Manipulating Culture Conditions and Feed Quality to Increase the Survival of Larval Marble Goby Oxyeleotris marmoratus, Bleeker. University of Malaya. Kuala Lumpur. Malaysia. Prihadi, Saputra, A., Huwoyon, Pantjara, B., 2018. Pengaruh Kepadatan Terhadap Sintasan, Pertumbuhan, dan Gambaran Darah Benih Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 124 341-350. Saparinto, C., 2009. Budi Daya Ikan di Kolam Terpal Revisi. Penebar Swadaya Grup. Jakarta. Satyani, D., Priono, B., 2012. Penggunaan Berbagai Wadah Untuk Pembudidayaan Ikan Hias Air Tawar. Media Akuakultur, Vol. 71 14-19. Taufik, I., Azwar, Sutrisno, 2009. Ikan Betutu Oxyeleotris marmoratus, Bleeker Dengan Sistem Resikulasi. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 43. ... Potensi perikanan yang demikian besar belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu berbagai kebijakan untuk mendorong tercapainya pemanfaatan yang optimal perikanan dilakukan melalui upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan konsumsi, penerimaan devisa dan penyediaan bahan baku industri dalam negeri [17]. [20], [21]. ...... Bahkan pada saat itu, partisipasi mereka terbatas. Di sektor perikanan skala kecil, perempuan memainkan peran yang lebih besar [14], [21]. ...... Perempuan tidak memiliki perahu nelayan, jaring ikan dan peralatan memancing lainnya. Namun, perempuan bisa menjadi pemodal atau mensubsidi akuisisi fasilitas ini dengan imbalan harga yang dikurangi untuk tangkapan mendarat atau produk yang dipanen [14], [21]. . Salah satu kendala adalah akses ke kredit, meskipun sudah ada kebijakan nasional tentang kredit kepada petani dan nelayan belum ramah e-ISSN 2620-3332 SELODANG MAYANG kepada pembudidaya ikan pada umumnya, terlebih perempuan. ...In terms of participation excellence, the fisheries sector of Indragiri Hilir Regency is gender biased. Pia dominates the scene, will hold leading positions such as ownership, control, and access to the productive resources of aquaculture production systems, as well as ownership of fishing vessels and equipment in the fishing sector. These roles give them the benefit of financial by providing investment opportunities, loan facilities, and import and export licenses, among others. Despite the economic potential of small-scale fisheries and aquaculture, women invest very little in the aquaculture, artisanal and industrial sectors. Women take a secondary role in processing and marketing, delaying major decisions for male counterparts. The underlying socio-cultural norms and gender relationships emphasized by intersectionality are often barriers to owning, accessing, or controlling productive resources and other inputs. Gender mainstreaming appears to be a very recent development in the fisheries sector. The goal of the study is the reorientation of women, especially those working in small-scale fisheries, including fisheries and aquaculture, toward active and significant participation in boat owner contribution, productivity, and policy/decision-making. Secondary data and conclusions from previous studies, especially reports and reviews from other districts,compared to what is available in Indragiri Hilir Regency. As a result, we propose expanding social entrepreneurship initiatives, bootstrapping,and social capital, among other interventions, to increase women's participation in the fisheries sector. Abstrak Dalam hal keunggulan partisipasi, sektor perikanan Kabupaten Indragiri Hilir bias gender. Pia mendominasi tempat kejadian, akan memegang posisi terkemuka seperti kepemilikan, kontrol, dan akses ke sumber daya produktif sistem produksi akuakultur, serta kepemilikan kapal penangkap ikan dan peralatan di sektor perikanan. Peran-peran ini menguntungkan mereka secara finansial dengan memberikan peluang investasi, fasilitas pinjaman, dan lisensi impor dan ekspor, antara lain. Terlepas dari potensi ekonomi perikanan dan akuakultur skala kecil, perempuan berinvestasi sangat sedikit di sektor akuakultur, artisanal dan industri. Perempuan mengambil peran sekunder dalam pengolahan dan pemasaran, menunda keputusan besar untuk rekan-rekan laki-laki. Norma-norma sosial-budaya yang mendasari dan hubungan gender yang ditekankan oleh interseksionalitas sering menjadi hambatan untuk memiliki, mengakses, atau mengendalikan sumber daya produktif dan input lainnya. Pengarus utamaan gender tampaknya menjadi perkembangan yang sangat baru di sektor perikanan. Tujuan dari penelitian adalah reorientasi perempuan, terutama mereka yang bekerja di perikanan skala kecil, termasuk perikanan dan akuakultur, menuju partisipasi aktif dan signifikan dalam kontribusi pemilik kapal, produktivitas, dan kebijakan / pengambilan keputusan. Data sekunder dan kesimpulan dari penelitian sebelumnya, terutama laporan dan ulasan dari Kabupaten lain, dibandingkan dengan apa yang tersedia di Kabupaten Indragiri Hilir. Sebagai hasilnya, kami mengusulkan perluasan inisiatif kewirausahaan sosial, kapal penangkap ikan bootstrapping, dan modal sosial, di antara intervensi lainnya, untuk meningkatkan partisipasi perempuan di sektor perikanan. Widya Paramita LokapirnasariAbstract The growth of betutu classified slow, so do efforts in order that growth of betutu which protected optimal by choosing the exact food combination. This research is purpose to know the growth fingerlings of betutu. This research using complete random program giving 3 repeated by the way of treating P1 food 100% pelet, P2 food 100% Daphnia spp., P3 food 100% Tubifex sp., P4 food 100% Anadara granosa, P5 food combination 50% pelet and 50% Daphnia spp., P6 food combination 50% pelet and 50% Tubifex sp., P7 food combination 50% Anadara granosa and 50% Daphnia spp., P8 food combination 50% Anadara granosa and 50% Tubifex sp.. Main test parameter checked on this research is growth accretion weight, growth rate, specific growth rate, and absolute body length growth, while supporting test parameter is water quality. Data of growth analysis using ANAVA varian analysis and if there is the influence the way of treating so continued with Test of Multiple Gap Duncan by trusty degree 95%. The result of research show the growth accretion weight, growth rate, specific growth rate and the best absolute body length growth on the way of treating P6 which not different with the way of treating P3 and betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan lokal potensial menjadi komoditas budidaya. Performa pertumbuhan dan sintasan dapat ditingkatkan dengan mengoptimalkan padat tebar. Tujuan penelitian adalah menentukan padat tebar yang menghasilkan sintasan dan pertumbuhan tinggi, serta respons fisiologis terbaik. Kolam yang digunakan berukuran 2 m x 1 m x 1 m dan diisi air 1 m3. Perlakuan yang diuji adalah kepadatan 50 ekor/m3, 100 ekor/m3, dan 150 ekor/m3. Ukuran benih yang digunakan 4,24 ± 0,58 cm dengan bobot 2,74 ± 0,45 g. Selama 60 hari masa pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah cacing sutra Tubifex sp. secara sekenyangnya. Hasil penelitian menunjukkan sintasan benih ikan betutu yang dipelihara pada berbagai padat tebar tidak berbeda secara nyata, pertumbuhan spesifik panjang 1,50 ± 0,37%/hari dan bobot total benih ikan betutu 1,95 ± 0,32%/hari tertinggi, dan perubah respons fisiologis berupa gambaran darah paling stabil dicapai pada padat tebar 50 ekor/m3, serta biomassa tertinggi dicapai pada kepadatan 150/m3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar untuk melakukan pendederan ikan betutu secara terkontrol. Sand goby, Oxyeleotris marmorata is a potential fish species for aquaculture in Indonesia. However, the growth performance and survival rate of the fish seed are still low. Such challenges could be solved through the optimization of stocking density of the fish. The research objective was to determine the optimal stocking density to produce high growth and survival rate, as well as the best physiological response. The ponds used in this experiment were 2 m x 1 m x 1 m in size water volume 1 m3. The stocking density treatments were 50, 100, and 150 individual/m3. The initial fish length average was ± cm, with the initial body weight average of ± g. During 60 days of rearing period, the fish were fed with Tubifex sp. ad libitum. The results showed that the survival rates on different stocking densities were not significantly different. The highest specific growth on length ± and body weight total ± and the most stable physiological response related to its hematological parameters were achieved by seed stocked at 50 individuals/m3. The best biomass total was achieved by seed stocked at 150 individuals/m3. The result of this study could be applied as basic information to culture sand goby in a controlled SatyaniBambang PrionoBisnis ikan hias memiliki prospek yang sangat menggiurkan, tidak perlu modal besar dan dalam membudidayakannya tidak memerlukan keterampilan khusus serta pasarnya pun terbilang cukup mudah, terutama di kota-kota besar. Untuk mendapatkan hasil budidaya ikan hias yang baik dapat dilakukan dengan selalu menjaga kualitas dan kuantitasnya. Dalam menjaga kualitas dan kuantitas tidak terlepas dari cara budidaya ikan hias yang dilakukan. Budidaya ikan hias dapat menggunakan wadah dari berbagai jenis selama tidak bocor. Wadah budidaya yang sering digunakan untuk ikan hias adalah akuarium, kolam tanah, bak semen, kolam terpal/plastik, bak fiber glass dengan ukuran yang beragam. Agar wadah berfungsi dengan baik antara lain adalah wadah harus dapat menampung air dengan baik, mudah dikelola dan tidak atau bukan berasal dari bahan yang dapat memengaruhi kehidupan Ghassani AdaniBoedi HendrartoMax Rudolf MuskanonfolaPerairan Sungai Wedung merupakan ekosistem pesisir yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan manusia. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap kesuburan perairan Sungai Wedung. Kesuburan di perairan tersebut dipengaruhi oleh plankton, faktor kimia, fisika dan juga kandungan Klorofil-A. Pengukuran kandungan klorofil-a fitoplankton merupakan salah satu alat pengukuran kesuburan suatu perairan. Klorofil-a fitoplankton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai peran penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis perairan. Penelitian dilakukan pada bulan April – Mei 2013 di Sungai Wedung, Demak bertujuan untuk mengetahui aktivitas manusia terhadap sebaran klorofil-a, keterkaitan antara klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton dan tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a fitoplankton. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode “Sample Survey Method”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis data klorofil menggunakan metode anova tersarang nested anova diperoleh nilai P untuk stasiun cukup besar sehingga tidak memberikan perbedaan yang nyata pada taraf kepercayaan 95 %. Akan tetapi perbedaan akan nyata pada taraf 90%. Hubungan antara klorofil-a dengan kelimpahan fitoplankton secara linear menunjukkan nilai keeratan yang tinggi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,93 dan koefisien determinasi sebesar 0,8633 dimana 86% klorofil-a dipengaruhi oleh kelimpahan fitoplankton. Berdasarkan nilai rata-rata klorofil-a yang diperoleh sebesar 1,039863 mg/l dapat disimpulkan bahwa perairan Sungai Wedung tergolong kedalam perairan yang bersifat betutu Oxyeleotris marmorata termasuk ikan perairan tawar yang memiliki nilai ekonomis penting dan sangat disukai karena memiliki daging yang tebal, tulangnya sedikit, dan gurih. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh dalam kegiatan budidaya adalah salinitas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan salinitas optimum dalam pemeliharaan benih ikan betutu yang diharapkan dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhannya. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap RAL dengan empat perlakukan berdasarkan perbedaan salinitas yaitu kontrol ppt, 1 ppt, 3 ppt, dan 5 ppt. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyata P<0,05 terhadap laju pertumbuhan spesifik, panjang mutlak, bobot mutlak, dan kadar glukosa darah terhadap kontrol salinitas 0 ppt setelah dipelihara selama 56 hari. Laju pertumbuhan mutlak, bobot mutlak, dan glukosa darah paling baik dijumpai pada benih yang dipelihara dengan salinitas 3 ppt, yaitu 0,94 ± 0,09%; 2,53 ± 0,35 mm; 37,33 ± 6,28 g; dan 0,06 ± 0,01 g/dL. Pemeliharaan benih betutu membutuhkan air bersalinitas. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan sintasan air media budidaya disarankan bersalinitas 3 goby Oxyeleotris marmorata is one of freshwater fish that has high economic value and is more desired for its thick meat, bone less, and tasteful. Salinity is one of the most important environmental factors in fish culture. The purpose of this study was to determine the optimal salinity concentration on growth and survival of sand goby fish. A completely Randomized Design CRD was used in this study with four treatments of salinity levels comprising A Control; B 1 ppt; C 3 ppt; D 5 ppt. Each treatment was consisted of three replicates. The result showed significant differences P< in specific growth rate, absolute length, absolute weight, and blood glucose among the treatments against control after 56 days cultured. Seed reared under the salinity of 3 ppt was better than other treatments in terms of specific growth rate absolute length mm, absolute weight mg, and blood glucose g/dl. Based on the present result, it was suggested that 3 ppt of salinity is better for optimize the growth and survival of sand stocking density, feed quality, and tank color were evaluated for their effects on survival of larval Marble Goby Oxyeleotris marmorata reared at 5-g/L salinity for 30 d. Feed quality was examined in terms of proximate composition and fatty acid profile. Fish larvae were given rotifers and brine shrimp Artemia spp. nauplii R-A that were fed condensed cells of the phototrophic bacterium Rhodovulum sulfidophilum bPB cultured in palm oil mill effluent POME; under this feeding regime, fish stocked at a density of 15 larvae/L had significantly higher survival than those stocked at 20 larvae/L or 30 larvae/L At the best stocking density of 15 larvae/L, fish survival and growth were further improved when the larvae received either R-A that were fed the whole culture broth of unsettled bacteria cPB; survival = or R-A that were fed POME survival = Under similar rearing conditions, larvae reared in gray-colored tanks showed still further significant improvement in survival relative to larvae that were reared in black tanks or transparent tanks Thus, optimal culture conditions for larval survival included rearing in gray culture tanks, stocking at 15 larvae/L, and a diet of R-A that were fed cPB or bPB. Under those optimal conditions, survival during the critical larval period first 10 d posthatch; was significantly improved. An approximate 221 dietary ratio of docosahexaenoic acid eicosapentaenoic acid arachidonic acid as compared to a fish tissue ratio of 721 is recommended to improve the survival and production of Marble Goby August 4, 2014; accepted November 11, 2014Kinerja Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. yang Diberi Pakan Ikan Rucah Dengan Frekwensi BerbedaH F AhlinaN SawitriS R HarahapAhlina, Sawitri, N., Harahap, 2018. Kinerja Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata. Blkr. yang Diberi Pakan Ikan Rucah Dengan Frekwensi Berbeda. Jurnal Perikanan dan Lingkungan, Vol. 72 Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata pada Skala LaboratoriumN M AnggraeniN AbdulganiAnggraeni, Abdulgani, N., 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni ITS, Vol. 22 Produksi Massal Ikan Betutu Oxyeleotris marmoratus, Bleeker Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan PerikananZ I AzwarO ArifinW PamungkasYosmaniarAzwar, Arifin, O., Pamungkas, W., Yosmaniar, 2003. Pengelolaan Produksi Massal Ikan Betutu Oxyeleotris marmoratus, Bleeker Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal. Pemberian Pakan dan Teknologi Produksi Ikan Betutu Oxyeleotris Marmorata Blkr. dengan Sistem TerkontrolZ I AzwarI MelatiAzwar, Melati, I., 2011. Frekwensi Pemberian Pakan dan Teknologi Produksi Ikan Betutu Oxyeleotris Marmorata Blkr. dengan Sistem Terkontrol. Jurnal Riset Akuakultur, Vol. 63 447-456.
3 Skop Peralatan lain yang bisa kamu siapkan adalah skop. Berbeda dengan garpu, kegunaan skop yaitu untuk mencampur tahan dengan media lain agar tanah lebih gembur. Fungsinya tentu berbeda dengan cangkul. Skop bisa kamu pakai jika tanaman obat yang akan kamu tanam menggunakan wadah polybag maupun di lahan kebun yang luas. 4. Cangkul
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Semua pasti sudah tidak asing dengan kata budidaya perikanan atau biasa disebut juga akuakultur. Pengertian budidaya perikanan sendiri merupakan suatu kegiatan yang memproduksi dan mengembangkan komoditas atau biota perairan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dapat menuju ke pokok bahasan dibawah. Kita perlu tau dulu apa itu wadah budidaya dan apa itu sistem terbuka terlebih dahulu. Nah, wadah budidaya merupakan tempat atau sarana untuk memelihara dan mengembangkan suatu komoditas perairan seperti ikan, rumput laut, dan lainnya untuk di budidaya ini dibagi menjadi dua jenis yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Akan tetapi, pada kesempatan kali ini yang akan dibahas adalah sistem terbuka. Lalu, apa sih sistem terbuka itu? Sistem terbuka adalah budidaya yang dilakukan pada perairan umum, seperti danau, sungai, dan waduk. Sistem ini berhubungan dan pasti dipengaruhi oleh lingkungan disekitarnya. Interaksi komoditas yang di budidaya berinteraksi di lingkungan hamper seluruhnya tidak ada pembatas. Berikut macam-macam wadah budidaya perikanan pada sistem Karamba Jaring ApungKaramba Jaring Apung atau biasa dikenal dengan sebutan KJA merupakan salah satu wadah budidaya yang rangka nya berasal dari kayu atau bambu, jaring, serta pelampung. Jaring ini digunakan untuk mengapung yang kemudian jaring dipasangkan diatas kerangka kayu atau bambu, dibantu juga dengan bantuan pelampung. KJA ini biasa ditempatkan pada danau dan waduk. Menurut Rochdianto 2005 KJA terdapat di perairan yang kedalamannya lebih dari 2 meter. Komoditas ikan yang sering dibudidayakan adalah ikan mas, ikan tawes, serta ikan kerapu untuk perairan tawar. Pada metode KJA ini modal yang dibutuhkan cukup banyak. Ikan dapat dipanen dan disortir dengan mudah dengan menggunakan metode ini. Gambar Karamba Jaring Apung 2. Karamba TancapKaramba tancap ini tidak jauh berbeda dengan karamba jaring apung. Perbedannya dengan KJA yaitu pada karamba tancap ini jaring nya tidak mengapung, melainkan menancap dalam perairan. Jadi, karamba tancap adalah wadah budidaya yang memanfaatkan jaring berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu atau kayu, kemudian ditancapkan ke dasar perairan. Biasanya karamba tancap dilakukan di kedalaman yang tidak terlalu dalam sekitar 3-7 meter. Wadah budidaya jaring tancap ini biasanya terletak di waduk, danau, sungai yang tenang. Kisaran pasang surut air laut ini harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada penempatan karamba tancap. Gambar Karamb Tancap 3. Rakit ApungRakit apung adalah wadah budidaya yang menggunakan kerangka bambu tanpa jaring. Secara umum, organisme yang akan di budidaya ditempatkan pada wadah, kemudian tali ris diikat di wadah tersebut, kemudian digantungkan pada rakit. Variasi ukuran rakit apung ini sekitar 3 x 3 meter. Bahan-bahan yang digunakan seperti kerangka, pelampung, tali ris, dan jangkar. Tali ris merupakan tali yang terbuat dari yang dapat di budidaya rakit apung ini adalah seperti kekerangan, rumput laut, serta adapun kerang mutiara. Pada sistem rakit apung yang digunakan rumput laut menggunakan sistem rakit yang terbuat dengan bambu, bambu ini juga memiliki fungsi yang sama juga sebagai pelampung. Gambar Metode Rakit Apung 4. Long LineYang akan dibahas terakhir ada metode long line yaitu salah satu metode budidaya yang tidak menggunakan jaring tetapi menggunakan tali panjang yang direntangkan. Long line ini dapat berfungsi sebagai tempat komoditas secara langsung maupun tidak langsung secara baik. Wadah budidaya ini paling digemari oleh masyarakat, karena alat dan bahan yang diperlukan cukup murah dan teknologi yang digunakan tidak rumit. Tali yang digunakan biasa berukuran 50-100 m. Kemudian diberi pelampung seperti drum plastic setiap 25 meter. Wadah budidaya long line ini biasa diterapkan di teluk. Tali yang digunakan pada metode long line hampir sama dengan tali yang digunakan pada sistem rakit apung yaitu menggunakan tali ris. Komoditas yang di budidaya metode ini adalah kerang darah, kerang hijau, dan rumput laut. Pada metode ini rumput laut diletakkan pada dasar perairan. Wadah budidaya menggunakan long line ini cukup sederhana dan biaya perawatan yang sangat sederhana juga. Gambar Long Line pada Budidaya Rumput Laut Nah, diatas mungkin sekian ulasan dan pembahasan tentang wadah budidaya perikanan pada sistem terbuka ini. Tentunya setiap wadah budidaya mempunyai kegunaan dan ciri khas yang tersendiri. Selain itu, banyak manfaat dan keuntungan yang didapatkan dari memproduksi atau mengembangkan suatu komoditas. Kemudian dengan masing-masing wadah budidaya pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya